Senin, 01 April 2013

Ragam Pengkajian Sastra


BAB I
PENDAHULUAN
I.a   Latar Belakang
Kritik sastra menurut Hardjana[1] ialah bentuk tulisan yang lahir dari hasil seorang pembaca dalam mencari dan menentukan nilai hakiki karya sastra. Dalam artian kritik sastra ini bukanlah hasil kerja yang sangat luar biasa, siapapun itu pembaca
karya sastra bisa membuat kritik sastra yang baik, dengan catatan ia harus terlatih kepekaan cintanya dan mempunyai nilai sastra yang tinggi.[2] Yang menjadi objek kajian kritik sastra ialah karya sastra itu sendiri.
Jika kita membahas karya sastra tentunya sastra memiliki dua genre yang berbeda. Yaitu sastra non-imajinatif dan sastra imajinatif. Dalam sastra non-imajinatif, kadar faktalah yang sangta menonjol. Sastrawan bekerja berdasarkan fakta atau kenyataan yang betul-betul ada dan terjadi sepanjang yang mampu diperolehnya[3]. Adapun yang termasuk karya sastra ini ialah esai, kritik, biografi, otobiografi, resensi dsb.  Sedangkan sastra imajinatif lebih menekankan pada gaya bahasa yang konotatif (banyak arti)/ bukan arti sebenarnya, dibandingkan dengan karya sastra yang non-imajinatif yang cenderung memakai bahasa denotatif[4]. Yang termasuk dalam karya sastra ini puisi dan prosa.
Antara kritik sastra dan yang lainnya ialah memeliki titik persamaan yang menonjol, yakni sama-sama menghayati, mengapresiasi, serta menilai karya sastra[5], terutama esai, resensi, sorotan dan penelitian sastra. Diantara kritik dan yang lainnya juga memiliki keterkaitan sesamanya, sehingga perlu ditinjau dan dibahas lebih mendalam.


I.b   Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, kami team penyusun merumuskan masalah dalam makalah ini dengan dua pertanyaan, yaitu sebagai berikut;
1.      Apa saja ragam pengkajian sastra itu?
2.      Bagaimana keterkaitan antara keduanya?

I.c    Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini ialah sebagai berikut;
1.      Memahami ragam pengkajian sastra.
2.      Mampu membedakan antara kritik sastra dan lainnya.
3.      Menambah wawasan pembaca umumnya, serta penulis khususnya dalam kritik sastra.
                                                                                                                          




BAB II
PEMBAHASAN

    Dalam mengkritik sebuah karya sastra terdapat bentuk pengkajiannya. Ragam pengkajian sastra dan hubungannya dengan kritik sastra dapat dibedakan beberapa macam, antara lain sebagai berikut:
II.aKritik Sastra dan Esai
          Menurut Sumardjo[6] dan Saini K.M[7], Esai adalah karangan pendek tentang sesuatu fakta  yang dikupas menurut pandangan pribadi penulisnya. Dalam esai  baik pikiran maupun perasaan dan keseluruhan pribadi penulisnya tergambar  dengan jelas, sebab esai memang merupakan ungkapan pribadi penulisnya terhadap suatu fakta.[8]
            Dalam genre sastra, esai termasuk genre sastra non-imajinatif. Walaupun esai termasuk dalam salah satu genre sastra, namun esai tidak hanya berbicara tentang sastra saja, esai juga bisa berbicara apapun. Esai bisa membicarakan tentang fenomena yang sedang terjadi, tentang sejarah, tokoh dan sebagainya[9].
     Esai menurut Sumardjo dan Saini esai dapat digolongkan menjadi dua, yakni esai formal dan esai nonformal atau esai personal.[10]  Jenis personal ini yang didalamnya memuat karya sastra. Esai formal ditulis dengan bahasa yang baku dan sesuai dengan aturan-aturan penulisan yang benar, dan pemikiran analisisnya amat dipentingkan. Sedangkan pada esai personal, gaya bahasa yang digunakan begitu bebas dan unsur pemikiranya lebih leluasa masuk kedalamnya.
Dalam cara mengupas suatu fakta, esai terbagi menjadi empat bagian yaitu;[11]
1.      Esai Deskripsi, esai ini hanya menggamabarkan suatu fakta sesuai apa adanya, penulisnya tidak cendrung menjelaskan atau menafsirkan sebuah fakta. Esai ini hanya bertujuan untuk menjelaskan apa yang diketahui oleh penulisnya.
2.       Esai Eksposisi, dalam esai ini tidak hanya fakta yang digambarkan oleh penulis, melainkan juga rangkaian penyebab dan akibatnya, fungsinya, kekurangaanya dalam sudut pandang tertentu, intinya dalam esai ini penulis dalam menjelaskan fakta sedetail mungkin.
3.      Esai Argumentasi, esai ini selain menunjukkan sebuah fakta juga menunjukkan permasalahan-permasalahan, analisis permasalahan tersebut serta menyimpulkannya.
4.      Esai Narasi, esai ini menggambarkan suatu fakta dalam bentuk urutan kronologis dalam bentuk cerita, misalnya tentang perjalanan seseorang selama beberapa hari di suatu tempar.
Antara Esai dan Kritik memiliki persamaan dan perbedaan tentunya, adapun persamaanya ialah sama-sama menafsirkan sesuatu[12]. Selain itu juga, terdapat adanya suatu penilaian terhadap sesuatu. Adapun perbedaanya ialah Esai hanya mengemukakan suatu persoalan untuk penyelesaiannya diserahkan kepada pembaca, sedangkan kritik merupakan penilaian terhadap sebuah karya sastra melalui suatu proses dengan menggunakan kriteria tertentu, sehingga dapat mengungkapkan kelemahan-kelemahan serta kelebihan-kelebihan dari sebuah karya sastra dengan mengemukakan alasan-alasannya dan mengusulkan perbaikan-perbaikannya[13].

II.b          Kritik Sastra dan Sorotan
Kata sorotan berasal dari kata ‘sorot’-an,dalam Kamus Bahasa Indonesia Sorot berarti sinar, menyoroti berarti menyinari atau menerangi. Atau juga penyelaan urutan kronologis di dalam karya sastra[14]. Ketika sorotan dikaitkan dengan kritik sastra, hubungannya ialah bahwa jika kita mengkritik suatu karya berarti kita mengeluarkan argumen dan persepsi kita terhadap karya tersebut, dan argumen-argumen yang diberikan merupakan bentuk sorotan dalam kritik sastra terhadap suatu karya sastra.Sorotan juga digunakan oleh sebagian sastrawan sebagai istilah dari kritik sastra[15].
Sorotan kesusasteraan harus:
 1.Menyeluruh (meliputi sebanyak mungkin susastera yang ada termasuk kajian terkini yang menjadi mercu tanda dalam bidang (landmark studies).
2. Relevan (nilaikaji  tak boleh  bincang  penyelidikan semata-mata kerana anda telah membacanya &  tak mahu membazir maklumat yg di peroleh, menarik/kerana semata-mata nak mempamer  keupayaan  anda membuat analisis).[16]
II.c      Kritik Sastra dan  Resensi
                         Kata resensi berasal dari bahasa Latin, yakni dari kata revidere atau recensere. Yang berarti menimbang atau menilai. Dalam bahasa Belanda juga dikenal dengan istilah recensie, dan review dalam bahasa Inggris yang mana berarti sama[17]. Istilah resensi dalam kamus diartikan sebagai pertimbangan isi buku[18]. Dalam pengertian umum, rersensi sering dikenal dengan resensi sebuah buku atau novel. Namun, Mawardi mengemukakan kutipannya dari Suhendra Yusuf[19] bahwa resensi adalah karangan yang berdasarkan pembahasaan  penelitianan , atau kritik terhadap sebuah sastra[20].
                                Menurut Atar Semi[21] pada dasarnya resensi memiliki kesamaan dengan kritik sastra dalam hal penilaiannya, namun resensi tidak mendalam, jika dalam kritik  memaparkan berbagai kelemahan  dengan terperinci, sedangkan dalam resensi lebih disorot pada bagian terpenting saja.
                        Meresensi pada hakikatnya melakukan penilaian. Menilai berarti mengulas, mempertimbangkan, mengkritik, dan menunjukkan kelebihan-kelebihan serta kekurangan-kekurangan dengan penuh tanggung jawab. Dengan demikian, meresensi merupakan satu bentuk pengkajian sastra. Dan dari segi tujuannya, meresensi hampir sama dengan kritik. Akan tetapi, kritik sastra merupakan kegiatan yang menghakimi melalui teori-teori, prinsip-prinsip sastra, tidak hanya sekedar meresensi.[22]
Adapun manfaat Resensi ialah;
1. Paling sedikit, dapat menggairahkan minat membaca kita sendiri.
2. Menambah wawasan dan pengetahuan dari apa yang kita baca; sekaligus juga dapat mengetahui dan memahami isi buku yang  bersangkutan.
3. Dapat mempertajam sikap kritis,
4. Belajar dan sekaligus dalam rangka mempermahir menulis,
5. Jika dikirim kesalah satu media massa dan beruntung dapat dimuat,  maka dengan sendirinya tulisan kita akan dibaca orang yang pada gilirannya, orang akan mengenal nama kita.
6. Sebagai akibat dari butir 5, maka kita akan mendapatkan imbalan dari media yang bersangkutan.
7. Menjalin hubungan baik dengan pengarang dan penerbitnya. Secara idealis, berdialog dan berbagi pengalaman dengan peminat sastra yang lain.
II.d          Kritik Sastra dan Apresiasi
                        Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata ‘apresiasi’. Istilah apresiasi berasal dari bahas Inggris yaitu appreciate yang berarti menghargai. Sehingga secara sederhana, apresiasi sastra adalah kegiatan untuk menghargai sastra.[23]
                        Sedangkan menurut Effendi sebagaimana yang dikutip oleh Halimah Apresiasi sastra ialah kagiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra.[24]
                        Apresiasi itu ada dua golongan, yakni langsung dan tidak langsung. Apresiasi langsung contohnya ialah membaca puisi, cerita, atau memainkan drama. Sedangkan Apresiasi tidak langsung contohnya ialah mempelajari teori, kritik serta sejarah sastra[25].
            Sedangkan tingkatanya itu terdapat tiga tingkatan, yakni[26];
-          Apresiasi tingkat I : mengalami pengalaman yang tertuang dalam karya sastra.
-          Apresiasi tingkat II : mencermati karya sastra sebagai bangunan utuh yang di dalamnya terdiri atsa paduan-unsur-unsur. Dan
-          Apresiasi tingkat III : menyadari ada kaitan antara karya sastra dengan aspek-aspek di luarnya (sosial, budaya, religi, dsb.)
                        Keterkaitan antara keduanya ialah kritik mengandung sebuah makna apresiasi secara proporsional terhadap suatu karya sastra dengan cara memuji kelebihannya dan menjelekkan[27].
                        Pada dasarnya, apresiasi hakikatnya ialah menilai, sama dengan kritik. Dan sama-sama membaca dan mempelajari karya sastra, serta mengungkapkan kelebihan karya sastra. Namun, mengkritik tidak hanya menilai atau mengungkapkan kelebihan saja karena kritik juga memberikan fakta persoalan tentang objek yang ditelitinya dan mencoba memberikan solusinya, begitu juga kritik mengungkapkan kelebihan serta kekurangan karya sastra.       
II.e      Kritik Sastra dan Penelitian Sastra
            Menut Kutha Ratna[28], penelitian ialah kegiatan untuk mengumpulkan data, menganalisis data, dan menyajikan hasil penelitian. Sedangkan penelitian ilmu sastra menurutnya yaitu usaha kongkret yang dilakukan dengan sengaja, sistematis, dengan sendirinya menggunakan teori dan metode secara formal[29]. Sedangkan menurut Mawardi Penelitian Sastra ialah setiap bentuk penelitian yang dilakukan dan didasari oleh semangat pencarian kebenaran dan demi perkembangan yang lebih baik, dan begitu pula Penelitian sastra untuk mencapai bentuk kreasi yang lebih baik[30].
            Pada dasarnya, penelitian sastra kadang-kadang hanya sekedar untuk membuat skripsi, tesis, disertasi dan sejenisnya, tanpa dicampuri urusan perbaikan karya sastra kedepan[31]. sedangkan tujuan intinya menurut Kutha Ratna ialah menemukan prinsip-prinsip baru yang belum ditemukan oleh orang lain. Sebelum seseorang melakukan penelitian yang sesungguhnya, perlu disusun proposal atau rancangan penelitian. Jika kita kaitkan dengan tujuan tadi, maka lokasi penelitian ada dua macam, yaitu penelitian lapangan dan penelitian perpustakaan. Penelitian lapangan dilakukan dalam kaitannya dengan objek penelitian yang memanfaatkan kejadian langsung, seperti penerbitan, pembacaan, penggunaan, pementasan dsb. Sedangkan penelitian perpustakaan dilakukan dalam kaitannya dengan objek karya tertentu[32].
            Sebenarnya kritik sastra juga masuk dalam wilayah penelitian sastra. Karena kritik sastra merupakan upaya pemahaman dan penafsiran karya sastra. Jika kita lihat dari istilah kritk sastra maupun penelitian sastra, kritik cendrung berwawasan kedepan terhadap pengambangan sastra, sedangkan penelitian sastra seperti diungkapkan diatas hanya untuk tujuan tertentu seperti skripsi dsb[33].
                        Dalam keduanya memiliki persamaan yang berkaitan yakni menggunakan teori sastra, teori kritik sastra dan metode-metode lainnya, merupakan bagian dari penelitian. Yang tujuan akhirnya ialah membuka suatu rahasia dari sebuah karya sastra[34].





BAB III
PENUTUP
III.a         Kesimpulan
-          Adapun ragam kajian kritik sastra ialah, sebagai berikut;
1. Esai
2. Sorotan
3. Resensi
4. Apresiasi, dan
5. Penelitian Sastra
-          Antara kritik sastra dengan lainyya itu memiliki keterkaitan yakni saling menilai, mengkaji, serta memahami terhadap suatu karya sastra.



[1] Ia adalah dosen dan peneliti, dan mengajar Metodologi Penelitian Sosial dan Sosiologi Ekonomi Pembangunan dan Poetry  di Jurusan Inggris, Universitas Atma Jaya, Jakarta.
[2] Andre Hardjana, Kritik Sastra Sebuah Pengantar, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1994), hlm. xi.
[3] Jakob Sumarjo & Saini K.M., Apresiasi Kesusastraan, (Jakarta : Gramedia, 1988), hlm. 19.
[4] Jakob Sumarjo & Saini K.M., Apresiasi Kesusastraan, hlm. 17.
[5] Mawardi, Ragam Kajian Kritik Sastra, disampaikan pada perkuliahan BSA semester IV.
[6] Beliau adalah esais kelahiran Klaten, Jawa Tengah, 26 Agustus 1939, sarjana muda pada Jurusan Sejarah di IKIP Sanata Dharma, Yogyakarta (1962, ) melanjutkan sarjana jurusan Sejarah di IKIP (sekarang UPI) Bandung, beliau merupakan Guru Besar Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung. Karyanya ialah Novel Indonesia Mutakhir; Sebuah Kritik (1979).
[7] Ia lahir di lahir di Sumedang, Jawa Barat, 16 Juni 1938 adalah seorang penulis Indonesia banyak menulis karya drama, selain puisi, novel, dan esai. (kemudian Direktur: 1988-1991) di Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI), Bandung (yang pada tahun 1978 membuka jurusan Teater atas prakarsanya dan didukung oleh Karna Yudibrata, Direktur ASTI saat itu).
[8] Jakob Sumarjo & Saini K.M., Apresiasi Kesusastraan, hlm. 19.
[9] Azizah, Ragam Pengkajian Sastra, terbaca dalam http://bluez-azizah.blogspot.com. Diakses pada Sabtu, 23 Maret 2013, pkl. 15:41 WIB.
[10] Jakob Sumarjo & Saini K.M., Apresiasi Kesusastraan, hlm. 19.
[11] Jakob Sumarjo & Saini K.M., Apresiasi Kesusastraan, hlm. 19.
[12] Mawardi, Ragam Kajian Kritik Sastra, disampaikan pada perkuliahan BSA semester IV.
[13] Azizah, Ragam Pengkajian Sastra.
[14] S. Wojow Asito, Kamus Bahasa Indonesia, (T.T : Pengarang, 1912). hlm. 391.
[15] Azizah, Ragam Pengkajian Sastra.
[16] Sorotan Susastera, terbaca dalam http://www.ftsm.ukm.my.  Diakses pada Sabtu 23 Maret 2013. Pkl 15:41 WIB.
[17] Azizah, Ragam Pengkajian Sastra.
[18] S. Wojow Asito, Kamus Bahasa Indonesia, hlm. 330.
[19] Suhendra Yusuf merupakan Pembantu Rektor 1 di UNINUS Bandung.
[20] Mawardi, Ragam Kajian Kritik Sastra, disampaikan pada perkuliahan BSA semester IV.
[21] Atar Semi merupakan
[22] Azizah, Ragam Pengkajian Sastra.
[23] Apresiasi vs Kritik, terbaca dalam http://adiel87.blogspot.com. Diakses pada Rabu, 20 Maret 2013, pkl. 14:30 WIB.
[24] Halimah, Hubungan Kajian, Kritik, dan Apresiasi Sastra, (Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Pendidikan Indonesia, T.T) hlm. 3.
[25] Mawardi, Ragam Kajian Kritik Sastra, disampaikan pada perkuliahan BSA semester IV.
[26] Halimah, Hubungan Kajian, Kritik, dan Apresiasi Sastra, hlm. 7.
[27] Syukron Kamil, Teori Kritik Sastra Arab Klasik dan Modern, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm 51.
[28] Beliau adalah penulis buku Metode Penelitian Sastra, juga beberapa buku tentang teori sastra.
[29] Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra dari Strukturalisme Hingga Postrukuralisme Prespektif Wacana Naratif, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 16.
[30] Mawardi, Ragam Kajian Kritik Sastra, disampaikan pada perkuliahan BSA semester IV
[31] Rizka Manopo dan Dhani, Penelitian Sastra, terbaca dalam http://dhanydamopolii.wordpress.com. Diakses pada Rabu, 20 Maret 2013, pkl. 14:39.
[32] Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra dari Strukturalisme Hingga Postrukuralisme Prespektif Wacana Naratif,hlm. 17.
[33] Rizka Manopo dan Dhani, Penelitian Sastra.
[34] Azizah, Ragam Pengkajian Sastra.

0 komentar:

Posting Komentar