AKHIRNYA KU MENEMUKANMU
Persembahan buat Forum Lingkar Pena (FLP)
Oleh : Abdul Aziz
“Aku
memang awam dalam hal tulis menulis”.
Itulah fikiran yang terlintas ketika aku merenung sejenak di angkot
jurusan Cileunyi, sesaat setelah aku menghadiri acara yang sangat menarik dan
menyesal jika hari itu aku tak menghadirinya. Bedah Novel “Sang Pemusar
Gelombang” karya kang Irfan Hidayatullah. Di iringi derasnya hujan turun seakan
memuntahkan semua air yang ada di langit ke hamparan bumi ini, angkot terus
berjalan menyusuri jalan Bandung-Sumedang.
Dilamunanku seakan terlintas masa-masa 6 tahun yang
lalu, waktu itu aku masih duduk di kelas 8 SMP, surau berlantai tiga merupakan
singgasanaku waktu itu. Belajar, ngaji, belajar, ngaji adalah kesibukanku
setiap hari. Pagi aku sekolah SMP, siang dan malam aku ngaji di Ma’had
tercinta. Disana aku mengerti bahwa kehidupan yang hakiki seperti itulah, penuh dengan
tantangan. waktu itu aku belum mengenal dunia tulis menulis, dalam artian aku
tak bisa yang namanya buat puisi, cerpen, anekdot dll. Jujur ku katakan aku
orangnya susah berimajinasi, aku lebih suka hidup lurus-lurus saja, nyantai,
dan jalani apa yang ada. Nahh, oleh karena itu, aku tak suka bahkan enggan
melakukan hal-hal yang baru termasuk tulis menulis. Hingga akhirnya, aku dipertemukan
dengan bulletin Ma’had. Awalnya aku acuh,, tapi setelah bebrapa kali melirik
bulletin itu, aku mulai tertarik membacanya, hanya sekedar membaca.
Ternyata oh ternyata, bulletim tersebut telah vakum
hampir dua tahun lebih. Aku hanya membaca bulletin-bulletin yang lama setiap
ada kesempatan membaca di Maktabah (perpustakaan) Ma’had. Lumayan
menarik tulisan-tulisan yang dimuat di bulletin tersebut. Pada pertengahan
tahun aku duduk di kelas 8 SMP, Mudabbir (pengurus ma’had) mengumpulkan
beberapa santri termasuk aku, dan ternyata aku beserta beberapa teman lainnya
dikumpulkan untuk memulai lagi menerbitkan bulletin yang telah vakum tersebut.
namun, bukan dalam bentuk bulletin maupun majalah tetapi berbentuk mading.
Dari hasil tersebut aku ditugaskan untuk bertanggung
jawab menjadi kordinator di kolom AnekDOt (kolom yang berisi kisah-kisah lucu,
dalam bentuk teks dialog maupun deskriptif). Nah, sebagai launching pertama
Mading tersebut para kru mading
sendirilah yang mengisi setiap kolomnya, dan aku ditugaskan untuk mengisi kolom
AnekDOt itu.
Jujur dalam hati, aku kurang sregg dengan posisi
tersebut, karena seperti tadi aku tuhh orangnya sangat lemah dalam berimajinasi
apalagi utnuk menulis sepeti itu, nulis puisi aja susahnya setengah mati.
Namun, aku terinspirasi lewat bacaan-bacaan yang ada dalam buletin, akhirnya
saya mencoba untuk mulai menulis anekdot. Saya masih teringat tulisan anekdot
saya yang pertama.
Di suatu hari ada teman-temanku sedang berjaga-jaga
ronda malam. Iseng-iseng aku bertanya pada mereka.
Fajar
:“heyy misalnya ni yaa, kalian lagi jalan sendirian di jalan yang sepi
tak ada orang satupun yang lewat, waktu itu tengah malam, eeh ternyata di
belakang kita ada yang anjlok-anjlokan,, kita menoleh ke belekang dan terrnyata
itu POCONG!! Apa yang kalian lakukan??”
Indra : “ kayaknya saya pingsan dahh, takut
banget tuh saya mah ama yang namanya pocong teh..”
Udin :” heu,, udin mah mau timpuk tuhh
pocong,,”
Samsul
: “ kayaknya saya ngompol tuhhh. Trus kamu apa yang dilakukan??”
Fajar : “ saaya akan keluarkan jurus seribu
kakii,,,”
Samsul : “apa tuhh?”
Fajar : “ lariiii,,, haha”.
Teeeetttt, aku tersadar dari lamunanku, ternyata angkot yang aku
tumpangi mau di tabrak oleh mobil Jazz warna putih, ia marah-marah pada tukang
angkot. Angkot yang aku aku tumpangi kebut-kebutan mengejar pengendara tadi. Bersambung…..
0 komentar:
Posting Komentar