Ragam Pengkajian Sastra
BAB
I
PENDAHULUAN
I.a
Latar Belakang
Kritik sastra
menurut Hardjana[1] ialah bentuk tulisan yang lahir dari hasil seorang pembaca dalam
mencari dan menentukan nilai hakiki karya sastra. Dalam artian kritik sastra
ini bukanlah hasil kerja yang sangat luar biasa, siapapun itu pembaca
karya
sastra bisa membuat kritik sastra yang baik, dengan catatan ia harus terlatih
kepekaan cintanya dan mempunyai nilai sastra yang tinggi.[2] Yang menjadi objek kajian kritik sastra ialah karya sastra itu
sendiri.
Jika kita
membahas karya sastra tentunya sastra memiliki dua genre yang berbeda.
Yaitu sastra non-imajinatif dan sastra imajinatif. Dalam sastra non-imajinatif,
kadar faktalah yang sangta menonjol. Sastrawan bekerja berdasarkan fakta atau
kenyataan yang betul-betul ada dan terjadi sepanjang yang mampu diperolehnya[3]. Adapun yang
termasuk karya sastra ini ialah esai, kritik, biografi, otobiografi, resensi
dsb. Sedangkan sastra imajinatif lebih menekankan pada gaya bahasa
yang konotatif (banyak arti)/ bukan arti sebenarnya, dibandingkan dengan karya
sastra yang non-imajinatif yang cenderung memakai bahasa denotatif[4].
Yang termasuk dalam karya sastra ini puisi dan prosa.
Antara kritik sastra dan yang lainnya ialah
memeliki titik persamaan yang menonjol, yakni sama-sama menghayati,
mengapresiasi, serta menilai karya sastra[5],
terutama esai, resensi, sorotan dan penelitian sastra. Diantara kritik dan yang
lainnya juga memiliki keterkaitan sesamanya, sehingga perlu ditinjau dan
dibahas lebih mendalam.
I.b
Rumusan Masalah
Dari latar
belakang masalah yang dikemukakan diatas, kami team penyusun merumuskan masalah
dalam makalah ini dengan dua pertanyaan, yaitu sebagai berikut;
1.
Apa
saja ragam pengkajian sastra itu?
2.
Bagaimana
keterkaitan antara keduanya?
I.c
Tujuan
Adapun tujuan
dibuatnya makalah ini ialah sebagai berikut;
1.
Memahami
ragam pengkajian sastra.
2.
Mampu
membedakan antara kritik sastra dan lainnya.
3.
Menambah
wawasan pembaca umumnya, serta penulis khususnya dalam kritik sastra.
BAB
II
PEMBAHASAN
Dalam mengkritik sebuah karya sastra terdapat bentuk pengkajiannya.
Ragam pengkajian sastra dan hubungannya dengan kritik sastra dapat dibedakan
beberapa macam, antara lain sebagai berikut:
II.aKritik Sastra dan Esai
Menurut
Sumardjo[6] dan Saini K.M[7], Esai adalah karangan
pendek tentang sesuatu fakta yang
dikupas menurut pandangan pribadi penulisnya. Dalam esai baik pikiran maupun perasaan
dan keseluruhan pribadi penulisnya tergambar
dengan jelas, sebab esai memang merupakan ungkapan pribadi penulisnya
terhadap suatu fakta.[8]
Dalam
genre sastra, esai termasuk genre sastra non-imajinatif. Walaupun esai
termasuk dalam salah satu genre sastra, namun esai tidak hanya berbicara
tentang sastra saja, esai juga bisa berbicara apapun. Esai bisa membicarakan
tentang fenomena yang sedang terjadi, tentang sejarah, tokoh dan sebagainya[9].
Esai
menurut Sumardjo dan Saini esai dapat
digolongkan menjadi dua, yakni esai formal dan esai nonformal atau esai
personal.[10] Jenis personal ini yang didalamnya memuat
karya sastra. Esai formal ditulis dengan bahasa yang baku dan sesuai dengan
aturan-aturan penulisan yang benar, dan pemikiran analisisnya amat
dipentingkan. Sedangkan pada esai personal, gaya bahasa yang digunakan begitu
bebas dan unsur pemikiranya lebih leluasa masuk kedalamnya.
Dalam cara mengupas suatu fakta, esai terbagi
menjadi empat bagian yaitu;[11]
1.
Esai Deskripsi, esai ini hanya
menggamabarkan suatu fakta sesuai apa adanya, penulisnya tidak cendrung
menjelaskan atau menafsirkan sebuah fakta. Esai ini hanya bertujuan untuk
menjelaskan apa yang diketahui oleh penulisnya.
2.
Esai Eksposisi, dalam esai ini
tidak hanya fakta yang digambarkan oleh penulis, melainkan juga rangkaian
penyebab dan akibatnya, fungsinya, kekurangaanya dalam sudut pandang tertentu,
intinya dalam esai ini penulis dalam menjelaskan fakta sedetail mungkin.
3.
Esai Argumentasi, esai ini selain
menunjukkan sebuah fakta juga menunjukkan permasalahan-permasalahan, analisis
permasalahan tersebut serta menyimpulkannya.
4.
Esai Narasi, esai ini menggambarkan
suatu fakta dalam bentuk urutan kronologis dalam bentuk cerita, misalnya
tentang perjalanan seseorang selama beberapa hari di suatu tempar.
Antara Esai
dan Kritik memiliki persamaan dan perbedaan tentunya, adapun persamaanya ialah
sama-sama menafsirkan sesuatu[12].
Selain itu juga, terdapat adanya suatu penilaian terhadap sesuatu. Adapun
perbedaanya ialah Esai hanya
mengemukakan suatu persoalan untuk penyelesaiannya diserahkan kepada pembaca,
sedangkan kritik merupakan penilaian terhadap sebuah karya sastra melalui suatu
proses dengan menggunakan kriteria tertentu, sehingga dapat mengungkapkan
kelemahan-kelemahan serta kelebihan-kelebihan dari sebuah karya sastra dengan
mengemukakan alasan-alasannya dan mengusulkan perbaikan-perbaikannya[13].
II.b
Kritik Sastra dan Sorotan
Kata sorotan berasal dari kata ‘sorot’-an,dalam Kamus Bahasa
Indonesia Sorot berarti sinar, menyoroti berarti menyinari atau
menerangi. Atau juga penyelaan urutan kronologis di dalam karya sastra[14]. Ketika sorotan dikaitkan dengan kritik sastra, hubungannya ialah
bahwa jika kita mengkritik suatu karya berarti kita mengeluarkan argumen dan
persepsi kita terhadap karya tersebut, dan argumen-argumen yang diberikan
merupakan bentuk sorotan dalam kritik sastra terhadap suatu karya sastra.Sorotan
juga digunakan oleh sebagian sastrawan sebagai istilah dari kritik
sastra[15].
Sorotan
kesusasteraan harus:
1.Menyeluruh (meliputi sebanyak
mungkin susastera yang ada termasuk kajian terkini yang menjadi mercu tanda dalam
bidang (landmark studies).
2. Relevan (nilaikaji tak
boleh bincang penyelidikan semata-mata kerana anda telah membacanya
& tak mahu membazir maklumat yg di
peroleh, menarik/kerana semata-mata nak mempamer keupayaan
anda membuat analisis).[16]
II.c Kritik
Sastra dan Resensi
Kata
resensi berasal dari bahasa Latin, yakni dari kata revidere atau recensere. Yang
berarti menimbang atau menilai. Dalam bahasa Belanda juga dikenal dengan
istilah recensie, dan review dalam bahasa Inggris yang mana
berarti sama[17]. Istilah resensi dalam kamus
diartikan sebagai pertimbangan isi buku[18].
Dalam pengertian umum, rersensi sering dikenal dengan resensi sebuah buku atau
novel. Namun, Mawardi mengemukakan kutipannya dari Suhendra Yusuf[19] bahwa resensi adalah karangan yang berdasarkan pembahasaan penelitianan , atau kritik terhadap sebuah sastra[20].
Menurut Atar Semi[21] pada dasarnya resensi memiliki kesamaan dengan kritik sastra dalam
hal penilaiannya, namun resensi tidak mendalam, jika dalam
kritik memaparkan berbagai
kelemahan dengan
terperinci, sedangkan dalam resensi lebih
disorot pada bagian terpenting saja.
Meresensi
pada hakikatnya melakukan penilaian. Menilai berarti mengulas,
mempertimbangkan, mengkritik, dan menunjukkan kelebihan-kelebihan serta
kekurangan-kekurangan dengan penuh tanggung jawab. Dengan demikian, meresensi
merupakan satu bentuk pengkajian sastra. Dan dari segi tujuannya, meresensi
hampir sama dengan kritik. Akan tetapi, kritik sastra merupakan kegiatan yang
menghakimi melalui teori-teori, prinsip-prinsip sastra, tidak hanya sekedar meresensi.[22]
Adapun manfaat Resensi ialah;
1. Paling sedikit, dapat menggairahkan minat membaca kita sendiri.
2. Menambah wawasan dan pengetahuan dari apa yang kita baca;
sekaligus juga dapat mengetahui dan memahami isi buku yang bersangkutan.
3. Dapat mempertajam
sikap kritis,
4. Belajar dan sekaligus
dalam rangka mempermahir menulis,
5. Jika dikirim kesalah satu media massa dan beruntung dapat dimuat,
maka dengan sendirinya tulisan kita akan
dibaca orang yang pada gilirannya, orang akan mengenal nama kita.
6. Sebagai akibat dari butir 5, maka kita akan mendapatkan imbalan dari media yang bersangkutan.
7. Menjalin hubungan baik dengan pengarang dan penerbitnya. Secara idealis, berdialog dan berbagi pengalaman dengan peminat sastra yang lain.
II.d
Kritik Sastra dan Apresiasi
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata ‘apresiasi’.
Istilah apresiasi berasal dari bahas Inggris yaitu appreciate yang
berarti menghargai. Sehingga secara sederhana, apresiasi sastra adalah kegiatan
untuk menghargai sastra.[23]
Sedangkan
menurut Effendi sebagaimana yang dikutip oleh
Halimah Apresiasi sastra ialah kagiatan menggauli karya sastra secara
sungguh-sungguh sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, pikiran kritis, dan
kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra.[24]
Apresiasi
itu ada dua golongan, yakni langsung dan tidak langsung. Apresiasi langsung
contohnya ialah membaca puisi, cerita, atau memainkan drama. Sedangkan
Apresiasi tidak langsung contohnya ialah mempelajari teori, kritik serta
sejarah sastra[25].
-
Apresiasi
tingkat I : mengalami pengalaman yang tertuang dalam karya sastra.
-
Apresiasi
tingkat II : mencermati karya sastra sebagai bangunan utuh yang di dalamnya
terdiri atsa paduan-unsur-unsur. Dan
-
Apresiasi
tingkat III : menyadari ada kaitan antara karya sastra dengan aspek-aspek di
luarnya (sosial, budaya, religi, dsb.)
Keterkaitan
antara keduanya ialah kritik mengandung sebuah makna apresiasi secara
proporsional terhadap suatu karya sastra dengan cara memuji kelebihannya dan
menjelekkan[27].
Pada
dasarnya, apresiasi hakikatnya ialah menilai, sama dengan kritik. Dan sama-sama
membaca dan mempelajari karya sastra, serta mengungkapkan kelebihan karya
sastra. Namun, mengkritik tidak hanya menilai atau mengungkapkan kelebihan saja
karena kritik juga memberikan fakta persoalan tentang objek yang ditelitinya
dan mencoba memberikan solusinya, begitu juga kritik mengungkapkan kelebihan
serta kekurangan karya sastra.
II.e Kritik Sastra dan Penelitian Sastra
Menut Kutha Ratna[28], penelitian ialah kegiatan untuk mengumpulkan data, menganalisis
data, dan menyajikan hasil penelitian. Sedangkan penelitian ilmu sastra
menurutnya yaitu usaha kongkret yang dilakukan dengan sengaja, sistematis,
dengan sendirinya menggunakan teori dan metode secara formal[29]. Sedangkan menurut Mawardi Penelitian Sastra
ialah setiap bentuk penelitian yang dilakukan dan didasari oleh semangat
pencarian kebenaran dan demi perkembangan yang
lebih baik, dan begitu pula Penelitian
sastra untuk mencapai bentuk kreasi yang lebih baik[30].
Pada dasarnya,
penelitian sastra kadang-kadang hanya sekedar untuk membuat skripsi, tesis,
disertasi dan sejenisnya, tanpa dicampuri urusan perbaikan karya sastra kedepan[31]. sedangkan tujuan intinya menurut Kutha Ratna ialah menemukan
prinsip-prinsip baru yang belum ditemukan oleh orang lain. Sebelum seseorang
melakukan penelitian yang sesungguhnya, perlu disusun proposal atau rancangan
penelitian. Jika kita kaitkan dengan tujuan tadi, maka lokasi penelitian ada
dua macam, yaitu penelitian lapangan dan penelitian perpustakaan. Penelitian
lapangan dilakukan dalam kaitannya dengan objek penelitian yang memanfaatkan
kejadian langsung, seperti penerbitan, pembacaan, penggunaan, pementasan dsb.
Sedangkan penelitian perpustakaan dilakukan dalam kaitannya dengan objek karya
tertentu[32].
Sebenarnya kritik sastra juga masuk
dalam wilayah penelitian sastra. Karena kritik sastra merupakan upaya pemahaman
dan penafsiran karya sastra. Jika kita lihat dari istilah kritk sastra maupun
penelitian sastra, kritik cendrung berwawasan kedepan terhadap pengambangan
sastra, sedangkan penelitian sastra seperti diungkapkan diatas hanya untuk
tujuan tertentu seperti skripsi dsb[33].
Dalam keduanya memiliki
persamaan yang berkaitan yakni menggunakan teori sastra, teori kritik sastra
dan metode-metode lainnya, merupakan bagian dari penelitian. Yang tujuan
akhirnya ialah membuka suatu rahasia dari sebuah karya sastra[34].
BAB III
PENUTUP
III.a
Kesimpulan
-
Adapun
ragam kajian kritik sastra ialah, sebagai berikut;
1.
Esai
2.
Sorotan
3.
Resensi
4.
Apresiasi,
dan
5.
Penelitian
Sastra
-
Antara
kritik sastra dengan lainyya itu memiliki keterkaitan yakni saling menilai,
mengkaji, serta memahami terhadap suatu karya sastra.
[1] Ia adalah
dosen dan peneliti, dan mengajar Metodologi Penelitian Sosial dan Sosiologi
Ekonomi Pembangunan dan Poetry di
Jurusan Inggris, Universitas Atma Jaya, Jakarta.
[2] Andre
Hardjana, Kritik Sastra Sebuah Pengantar, (Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama, 1994), hlm. xi.
[3] Jakob Sumarjo
& Saini K.M., Apresiasi Kesusastraan, (Jakarta : Gramedia, 1988),
hlm. 19.
[4] Jakob Sumarjo
& Saini K.M., Apresiasi Kesusastraan, hlm. 17.
[6] Beliau adalah esais
kelahiran Klaten, Jawa Tengah, 26 Agustus 1939, sarjana muda pada Jurusan
Sejarah di IKIP Sanata Dharma, Yogyakarta (1962, ) melanjutkan sarjana jurusan
Sejarah di IKIP (sekarang UPI) Bandung, beliau merupakan Guru Besar Sekolah
Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung. Karyanya ialah Novel Indonesia
Mutakhir; Sebuah Kritik (1979).
[7] Ia lahir di lahir
di Sumedang, Jawa Barat, 16 Juni 1938 adalah seorang penulis Indonesia banyak
menulis karya drama, selain puisi, novel, dan esai. (kemudian Direktur:
1988-1991) di Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI), Bandung (yang pada tahun 1978
membuka jurusan Teater atas prakarsanya dan didukung oleh Karna Yudibrata,
Direktur ASTI saat itu).
[8] Jakob Sumarjo
& Saini K.M., Apresiasi Kesusastraan, hlm. 19.
[9] Azizah, Ragam
Pengkajian Sastra, terbaca dalam http://bluez-azizah.blogspot.com. Diakses
pada Sabtu, 23 Maret 2013, pkl. 15:41 WIB.
[10] Jakob Sumarjo
& Saini K.M., Apresiasi Kesusastraan, hlm. 19.
[11] Jakob Sumarjo
& Saini K.M., Apresiasi Kesusastraan, hlm. 19.
[13] Azizah, Ragam
Pengkajian Sastra.
[14] S. Wojow
Asito, Kamus Bahasa Indonesia, (T.T : Pengarang, 1912). hlm. 391.
[15] Azizah, Ragam Pengkajian Sastra.
[16] Sorotan
Susastera, terbaca dalam http://www.ftsm.ukm.my. Diakses pada Sabtu 23 Maret 2013. Pkl 15:41
WIB.
[17] Azizah, Ragam
Pengkajian Sastra.
[18] S. Wojow
Asito, Kamus Bahasa Indonesia, hlm. 330.
[19] Suhendra Yusuf
merupakan Pembantu Rektor 1 di UNINUS Bandung.
[21] Atar Semi
merupakan
[22] Azizah, Ragam
Pengkajian Sastra.
[23] Apresiasi
vs Kritik, terbaca dalam http://adiel87.blogspot.com. Diakses pada Rabu, 20
Maret 2013, pkl. 14:30 WIB.
[24] Halimah, Hubungan
Kajian, Kritik, dan Apresiasi Sastra, (Fakultas Pendidikan Bahasa dan
Sastra Universitas Pendidikan Indonesia, T.T) hlm. 3.
[26] Halimah, Hubungan
Kajian, Kritik, dan Apresiasi Sastra, hlm. 7.
[27] Syukron Kamil,
Teori Kritik Sastra Arab Klasik dan Modern, (Jakarta: Rajawali Pers,
2009), hlm 51.
[28] Beliau adalah
penulis buku Metode Penelitian Sastra, juga beberapa buku tentang teori sastra.
[29] Nyoman Kutha
Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra dari Strukturalisme
Hingga Postrukuralisme Prespektif Wacana Naratif, (Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2012), hlm. 16.
[31] Rizka Manopo
dan Dhani, Penelitian Sastra, terbaca dalam
http://dhanydamopolii.wordpress.com. Diakses pada Rabu, 20 Maret 2013, pkl.
14:39.
[32] Nyoman Kutha
Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra dari Strukturalisme
Hingga Postrukuralisme Prespektif Wacana Naratif,hlm. 17.
[33] Rizka Manopo
dan Dhani, Penelitian Sastra.
[34] Azizah, Ragam
Pengkajian Sastra.
Komentar
Posting Komentar