ANALISIS CERPEN
“PEREMPUAN DI MAKAM, KARYA : MUSTAFA
ISMAIL”
Oleh : Abdul Aziz
a. Sinopsis
Cerpen ini dimulai dengan tokoh Aku yang
melihat keadaan seorang perempuan yang
depresi, kemudian Heru saudaranya menjelaskan bahwa setiap harinya peremuan itu berada di makam
pada pagi sampai siang hari. Ia selalu ditemani oleh seorang kucing selama
beberapa tahun yang lalu.
Konon, ia suka pergi ke makam ada beberaa
cerita yang berkebang di masyarakat. Awalnya perempuan tersebut merupakan gadis
yang cantik nan jelita, ia selalu membantu ibunya yang membuka warung kopi
sebagai tempat singgah para awak truk. Kemudian salah satu dari awak tersebut
mencintai perempuan itu, cintanyapun disambut olehnya. Akhirnya keduanya
menikah.
Singkat cerita, suatu malam datanglah kabar
duka bahwa suaminya meninggal secara tiba-tiba. Ia pun sangat terpukul dengan kabar
tersebut. Banyak keluarga dan handai taulan yang mensport dirinya, sampai
kernet truk suaminya sangat memberikan dorongan kepadanya sampai-sampai ia
selalu membawa oleh-oleh layaknya suaminya ketika suaminya masih hidup. lama-kelamaan mereka berdua saling jatuh cinta, dan mereka
menjalin hubungan dengan kernet tersebut. Namun, disuatu hari ia bermimpi
suaminya yang telah meninggal berkeadaan sangat memprihatinkan, sang suami memanggil-manggilnya.
Setelah kejadian itu, ia selalu ke makam suaminya seraya berdoa dan memohon
maaf.
Setelah mendengar kisah tersebut, sang
tokoh aku ingat akan cerita Miwa Mah, yang bermimpi suaminya berada di hutan
pandan. Dan akhirnya suaminya ditemukan tewas disana.
Setelah beberapa sang tokoh Aku tak milehat
perempuan tadi di makam sampai hari-hari berikutnya. Sang tokoh akupun pulang kembali kejakarta
dengan anak dan istrinya. Namun, ditengah perjalanan ia bermimpi perempuan
tadi.
Lebaranpun tiba, tokoh Aku dan keluarganya
pergi kemakam untuk ziarah, dan akhirnya ia melihat perempuan itu lagi.
b. Pembahasan
Kisah “Perempuan Di Makam” karya Mustafa
Ismail merupakan karya sastra yang berbentuk prosa, tepatnya cerpen. Karena,
cerita ini mengisahkan kisah seorang manusia, dan juga kisah ini merupakan
cerita yang lumayan pendek yakni hanya tiga halaman, begitu juga cerita ini
memiliki karakter, plot dan setting yang terbatas dalam artian hanya beberapa
karakter yang dimainkan yakni Tokoh Aku, Perempuan dan Heru. Begitu juga
setting, baik itu setting waktu yang hanya pada pagi dan siang hari dan
lebaran, dan jga setting tempat yang hanya di makam, rumah Heru, dan kereta
api. Hal ini mengacu pada definisi cerpen menurut Sumarjo dan Saini KM. Cerpen
(cerita pendek) adalah cerita berbentuk prosa yang relatif pendek, artinya
cerita bentuk ini dapat dibaca sekali duduk dalam waktu kurang dari satu jam.
Selain itu, cerita bentuk ini hanya mempunyai efek tunggal, karakter, plot, dan
setting yang terbatas, tidak beragam, dan tidak kompleks. (Jakob Sumarjo & Saini KM : 1986).
Dalam cerpen ini juga, terdapat beberapa
unsur-unsur intrinsik maupun ekstrinsik yang ada dalam cerpen pada umumnya.
Adapun analisis dari unsur-unsur tersebut ialah sebagai berikut;
1. Unsur Intrinsik
-
Tema
Menurut Scharbach “Tema” berasal dari
bahasa Latin yang berarti ‘tempat
meletakkan sesuatu perangkat’. Disebut demikian karena tema adalah ide yang
mendasari suatu cerita sehingga berperanan juga sebagai pangkal tolak pengarang
dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya. Lebih lanjut Scharbach
menjelaskan bahwa tema is not synonymous with moral or message… theme does
relate to meaning and purpose, in the sense.(Aminudin : 2010).
Untuk menentukan tema dalam sebuah cerpen,
terlebih dahulu kita harus mengetahui penggolongan tema sendiri, yang akhirnya
kita dapat menentukan apa tema inti dari cerpen tersebut.
Pada dasarnya penggolongan tema itu terdapat tiga sudut pandang, yakni
penggolongan dikhotomis, penggolongan dilihat dari pengalamn jiwa, dan dari
tingkat keutamaanya. (Burhan Nurgiyantoro : 2010).
Adapun dari segi penggolongan dikhotomis,
cerpen karya Mustafa Ismail ini termasuk tema non-tradisional, karena cerpen
yang terjadi itu diluar sangkaan pembaca yang ketika pertama melihat judulnya
dan setelah selesai membacanya pemahaman terhadap cerpen ini akan berbeda.
Disamping itu, cerpen ini juga membawa beberapa reaksi efekitf bagi pembacanya,
cerpen ini membawa pembaca terheran-heran dengan keadaan si perempuan di makam
tersebut. Hal ini mendasar dan sesuai
dengan pengertian tema nontradisional yaitu tema yang mengangkat sesuatu yang
tidak lazim. Karena sifatnya yang nontradisional, tema yang demikian, mungkin
tidak sesuai dengan harapan pembaca, bersifat melawan arus, mengejutkan, bahkan
boleh jadi mengesalkan, mengecewakan, atau berbagai reaksi efektif yang
lain.(Burhan Nurgiyantoro : 2010).
Kedua penngolongan dilihat dari tingkat
pengalaman jiwa, yakni yang mendasar pada tingkatan tema menurut Shipley, ada
lima tingkatan tema menurut Shipley, yakni (Burhan Nurgiyantoro : 2010) :
-
Tema tingkat fisik, manusia sebagai (atau dalam
tingkat kejiwaan) molekul,man as molecul.
-
Tema tingkat organik, manusia sebagai manusia sebagai
(atau dalam tingkat kejiwaan) protoplasma, man as protoplasm.
-
Tema tingkat sosial, manusia sebagai makhluk social, man
as sociuos.
-
Tema tingkat egoik, manusia sebagai individu,man as
individualism.
-
Tema tingkat divine, manusia sbagai makhluk
tingkat tinggi, yang belum tentu setiap manusia mengalami atau mencapainya.
Dari kelima tema tersebut, cerpen ini termasuk dalam tema tingkat
individual yakni tema tingkat egoik. Karena pada dasarnya dalam cerpen ini
tingkat ke-individualnya tinggi, terbukti dengan sikap keacuhan sang perempuan
itu, ia selalu menyendiri, menjauh dari keramaian. Namun, disisi lain jika kita
melihat pada tokoh Aku cerpen ini bisa saja masuk pada tingkat sosial, yang
mana sang tokoh Aku tingkat kepeduliannya itu sangat tinggi, sehingga ia
kembali ke pemakaman pada esok harinya hanya untuk melihat perempuan tersebut.
Adapun penggolongan tema dari tingkat keutamaannya itu ada dua. Tema
Utama dan Tema Tambahan. Adapun tema mayor atau tema utama nya ialah seperti
penulis utarakan tadi yakni “Mitos Dalam Sebuah Mimpi”, terbukti dari paragraf
ke paragraf yang lain itu bahasannya mimpi yang sering muncul. Dan mereka
memperdebatkan tentang kebenaran dari sebuah mimpi tersebut. sedangkan tema
minor dalam cerpen ini ialah sebagai berikut;
-
Kesetiaan, hal ini ditandai dengan setianya seorang
istri yang ditinggal mati oleh suaminya, namun kesetiaan itu hanya beberapa lama.
-
Keagamaan, tema keagamaan ini, ditandai dengan sang
tokoh aku yang berziarah, membaca surat yasin, doa. Selain itu, terdapat
kata-kata yang menunjukkan sikap tawakkal pada Allah SWT, yaitu “kita boleh
saja merasa kehilangan, tapi kita tidak boleh selalu larut dalam duka. Kita
harus kuat menerima kematian itu sebagai kehendak-Nya”.
-
Kesedihan
-
Cinta
-
Budaya
-
Alur/plot
Pada dasarnya alur/plot itu sering juga
disebut jalan cerita. Namun, terdapat perbedaan antara keduanya. Adapun alur
itu hanya merupakan sebuah jalan cerita, sedangkan plot merupakan penggerak
kejadian cerita yang didalamnya terdapat hubungan sebab akibat, dan dapat
menyebabkan kejadian lain (Jakob Sumarjo & Saini KM : 1986).
Dalam plot juga terdpat unsur-unsur yaitu ;
Ø Pengenalan, terdapat dalam wacana pertama, yakni penceritaan perempuan
yang sering ke makam suaminya setelah beberapa tahun yang lalu.
Ø Timbulnya konflik, konflik timbul ketika suaminya meninggal dunia ketika
dalam perjalanan pulang dari Sumatra ke Jawa.
Ø Konflik memuncak , Setelah beberapa lama suaminya meninggal ia menjalin
percintaan dengan kernet truk suaminya..
Ø Klimaks, adapun klimaksnya ialah suatu malam ia bermimpi suaminya yang
memanggil-manggil dirinya.
Ø Ending, ia setiap hari pergi ke makam suaminya mendoakan dan memohon
maaf.
Adapun alur yang digunakan dalam cerpen ini ialah alur flashback, yaitu
alur mundur, karena cerita ini menggunakan alur mundu.
-
Setting
Setting merupakan tempat atau terjadinya
cerita. Setting itu terbagi menjadi tiga;
a.
Setting waktu, adapun setting waktu yang
terjadi dalam cerpen ini ialah Pagi, siang, lebaran, tujuh tahun yang lalu.
b.
Setting Tempat, tempat yang ada dalam
cerpen ini yaitu ; makam, rumah heru, warung kopi, kereta api.
c.
Setting Suasana; hening, sepi,
mengkhawatirkan dan menakutkan.
-
Penokohan
Menurut Abrams, tokoh cerita adalah orang
yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh pembaca
ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu yang
diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. (Burhan
Nurgiyantoro : 2010).
a. Tokoh Aku ; agamis, serba ingin tahu, baik,
perhatian dan sering khawatir.
b. Tokoh Perempuan ; pemurung, pendiam, mudah
mencintai, mudah depresi.
c. Heru; serba tahu, terbuka, penyabar, seriusan.
-
Amanat
Amanat/pesan moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh
pengarang kepada pembaca. Amanat merupakan makna yang terkandung dalam sebuah
karya yang disampaikan lewat cerita. Amanat/ pesan moral pada umumnya mempunyai
pengertian sebagai ajaran tentang baik buruk yang
diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti dan
sebagainya. Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup
pengarang tentang nilai-nilai kebenaran. (Burhan Nurgiyantoro : 2010).
Adapun amanat dalan cerpen ialah ;
a. Jangan terlalu percaya dalam sebuah kebenaran mimpi.
b. Jangan terpuruk dalam kesedihan.
Komentar
Posting Komentar