ANALISIS NOVEL "REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU" KARYA TERE LIYE (PENDEKATAN SOSIOLOGI)
BAB I
PENDAHULUAN
a.
Latar Belakang
Kritik sastra menurut Hardjana[1] ialah bentuk
tulisan yang lahir dari hasil seorang pembaca dalam mencari dan menentukan
nilai hakiki karya sastra. Dalam artian kritik sastra ini bukanlah hasil kerja
yang sangat luar bisas, siapapun itu pembaca karya sastra bisa membuat kritik
sastra yang baik, dengan catatan
ia harus terlatih kepekaan cintanya dan
mempunyai nilai sastra yang tinggi.[2] Yang menjadi
objek kajian kritik sastra ialah karya sastra itu sendiri.
Cara seseorang memandang karya sastra itu akan berpengaruh dan
memberi bentuk terhadap pendekatan yang akan digunakan dalam kritik sastra[3].
Menurut Atar Semi kritik sastra pernah dikotak-kotakkan dengan berbagai cara
entah itu menurut sifat, tujuan, sejarah, atau lingkungan social geografis. Hal
ini menandakan bagaimana para kritikus mencoba melakukan pendekatan melalui
berbagai jalan dan ikhtiar. Dalam mengkritik sastra kita bisa mengkritik dengan
beberapa pendekatan, salah satunya ialah pendekatan sosiologi[4]
b.
Pengertian
Sosiologi
Istilah sosiologi merupakan istilah yang
selalu berkaitan dan berhubungan dengan masyarakat. Secara bahasa kata
sosiologi berasal dari kata sosius yang berarti “kawan” dan kata Yunani logos yang berarti “kata” atau “berbicara”,
dapat disimpulkan kata “sosiologi” artinya “berbicara mengenai masyarakat[5].
Adapun pengertian sosiologi secara istilah
sebagaimana yang diungkapkan oleh Semi sebagai berikut[6]
; “sosiologi adalah suatu telaah yang obyektif dan ilmiah tentang manusia dalam
masyarakat dan tentang social dan proses sosial itu tumbuh dan berkembang”.
Menurut Sorokim sebagaimana yang dikutip
Simamora, ia mendefinisikan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari
pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya antara
gejala ekonomi dan agama, keluarga dengan moral hukum dan dengan ekonomi, gerak
masyakat dengan ekonomi, gerak masyarakat dngan politik dan lain sebagainya). Ciri-ciri
umum dari pada semua jenis gejala-gejala sosial[7].
Sastra dan sosiologi memiliki hubungan yang
kuat, yakni keduanya memiliki urusan dengan manusia, bahkan untuk sebagian
masyarakat tertentu sastra diciptakan untuk dinikmati, dipahami, dan
dimanfaatkan oleh masyarakat. Disamping itu, keduanya memiliki perbedaan
sebagaimana menurut Supardi yang dikutip oleh Semi, perbedaan keduanya ialah
analisis ilmiah dalam sosiologi itu secara objektif, sedangkan sastra itu
secara subjektif[8].
Sebagaimana contoh ketika ilmuan sosiolog yang meneliti atas objek atau
masyarakat yang sama, maka kemungkinan besar hasil dari penelitian tersebut
akan memiliki banyak persamaan. Sedangkan jika ada dua novelis mengarang suatu
karya sastra yang objeknya sama. Sedangkan menurut Prof. Awang Salleh, jika
sosiologi itu bersifat kognitif sedangkan sastra itu bersifat afektif[9].
c.
Metode dan
Pendekatan
Pendekatan sosiologi merupakan pendekatan yang bertitik tolak
dengan orientasi kepada pengarang. Atar Semi menganggap bahwa pendekatan ini
bertolak dari pandangan bahwa sastra merupakan pencerminan kehidupan suatu
masyarakat. Sama halnya dengan Semi, Nyoman berpandangan bahwa pendekatan
sosiologi menganalisis manusia dalam masyarakat, dengan proses pemahaman mulai
dari masyarakat ke individu.
Sosiologi sastra merupakan suatu telaah sosiologis terhadap suatu
karya sastra, terdapat tiga klasifikasi dalam telaah ini sebagaiman yang
dikutip oleh Wellek dan Warren[10]
;
-
Sosiologi pengarang; mempermasalahkan
tentang status social, idiologi politik,serta hal-hal yang menyangkut pengarang.
-
Sosiologi karya sastra, mempermasalahkan
tentang suatu karya sastra; yang menjadi titik focus telaah adalah tentang apa
tujuan dan amanat yang akan dituangkan.
-
Sosiologi sastra, yang
mempermasalahkan tentang pembaca dan pengaruh sosialnya terhadap masyarakat.
Suatu hal yang perlu dipahami dalam melakukan pendekatan sosiologi
ini adalah bahwa walaupun seorang pengarang melukiskan kondisi sosial yang
berada di lingkungannya, namun ia belum tentu menyuarakan keamanan
masyarakatnya. Dari arti ia tidaklah mewakili atau menyalurkan
keinginan-keinginan kelompok masyarakat tertentu, yang pasti pengarang
menyalurkan atau mwakili hati nuraninya sendiri, dan bila ia kebetulan
mengucapkan sesuatu yang bergejolak dimasyarakat, hal ini merupakan suatu
kebetulan ketajaman batinnya dapat menangkap isyarat-isyarat tersebut[11].
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa pendekatan sosiologis
mempunyai segi yang bermanfaatdan berdaya guna yang tinggi bila para kritikus
tidak melupakan atau memperhatikan segi-segi intrinsik yang membangun karya
sastra, disamping memperhatikan faktor-faktor sosiologis serta menyadari bahwa
karya sastra itu diciptakan oleh suatu kreatifitas dengan memanfaatkan faktor
imajinasi[12].
d.
Langkah Kerja
Adapun langkah
kerja dalam pendekatan sosiologi menurut Mawardi ialah sebagai berikut[13];
1.
Bacalah berulang-ulang karya sastra
yang hendak dikritisi.
2.
Fahami secara mendalam tentang pengertian
sosial budaya dan sosiologi kemasyarakatan.
3.
Perhatikan tentang aspek sosial
pengarang dan aspek sosial dalam karya sastra.
4.
Perhatikan tanggapan khalayak
pembaca atau masyarakat luas terhadap pemanfaatan aspek sosial budaya yang ada
oleh pengarang dalam karyanya.
5.
Perhatikan tentang falsafah pengarang,
idiologi, politik, status sosial, pendidikan, agama dan budaya hidupnya.
6.
Lakukan tela’ah terhadap aspek
intrinsik yang berkaitan dengan perwatakan, tema dan pesan yang terdapat dalam
karya sastra.
7.
Watak yang mengandung nilai adalah
watak yang mencerminkan kegigihan perjuangan dalam perjuangan membela
masyarakat atau kebenaran sosial.
8.
Tema dan pesan yang mengandung
nilai sosial adalah yang mencerminkan kehendak
nurani masyarakat pada masanya, dan masyarakat di masa depan.
9.
Perhatikan resfon masyarakat
terhadap keberadaan karya tersebut, apakah
merasa terwakili batinnya atau tidak? Semakin besar keberpihakan karya sastra terhadap
kepentingan masyarakat, semakin besar pula respon yang diberikan.
10.
Perhatikan aspek tata nilai, budaya
dan falsafah yang terdapat dalam karya sastra,
melalui aspek indoktrinasi, dokma, sikap kepribadian dan proses sosial
pengarang.
11.
Semakin besar nilai manfaat karya
sastra terhadap masyarakat, semakin tinggi nilai karya sastra tersebut.
12. Akhir
penilaian : sastra sosialis/humanis atau individualis.
BAB II
PEMBAHASAN
a.
Sinopsis Novel
‘Rembulan Tenggelam di Wajahmu’
Novel ini kita diajak berkelana untuk menyelami
kehidupan seseorang yang bernama Rehan yang menjadi tokoh utama di cerita
ini.Sang tokoh di besarkan di sebuah Panti Asuhan selama 16 tahun. Disini dia
merasa mendapat perlakuan yang tidak layak dari pengelola panti yang dia anggap
sok suci. Setelah masa 16 tahun di Panti Asuhan yang dia anggap sia-sia, Rehan
memutuskan untuk pergi. Selepas dari panti Rehan menjalani kehidupan yang tidak
menentu, mulai dari emperan terminal hingga ke lapak2 di pinggir rel. Hingga
suatu kejadian yang akhirnya memaksa Rehan untuk berjuang bertahan hidup di Ibu
kota.
Memulai kehidupannya di Ibu kota, Rehan sempat
bernaung di sebuah rumah singgah yang mempertemukannya dengan beberapa teman
yang akhirnya disebut sebagai keluarga olehnya. Disini dia berkesempatan
memperoleh pendidikan yang nantinya akan menghantarkannya menjadi salah seorang
pemilik kerajaan bisnis yang disegani suatu hari kelak.
Dikisahkan pula bagaimana Rehan menemukan
cinta sejati nya di sebuah gerbong kereta api sewaktu di perjalanan kembali ke
kota asalnya. Dia memutuskan kembali kesana untuk melupakan kenangan pahit
bersama Plee yang hidup nya harus berakhir di tiang gantungan. Di kota asal nya
inilah Rehan mulai menata hidupnya dengan bekerja sebagai buruh bangunan. Rehan
adalah seorang pembelajar yang baik, maka tidak heran dalam waktu singkat dia
mampu mendapatkan posisi sebagai kepala mandor di dalam proyek-proyek yang
diikuti nya. Di kota ini juga Rehan memulai dan mengakhiri kehidupan
berumahtangganya dengan seorang perempuan bernama fitri.
Satu kebiasaan Rehan yang tidak pernah berubah
adalah melihat rembulan. Mulai dari teras panti asuhan, di atap rumah singgah,
di tower air hingga di lantai tertinggi gedung miliknya.
Potongan-potongan kehidupan Rehan yang dikilas
balik di novel ini adalah untuk menjawab lima pertanyaan yang terus membayangi
nya. Apa saja kelima pertanyaan itu dan bagaimana jawaban-jawaban atas kelima
pertanyaan itu.
Semua jawaban Dirangkum Tere Liye dengan
sederhana. Kita diajarkan untuk melihat sesuatu diluar sudut pandang kita.
Memperkaya pola pikir kita untuk selalu berpikir positif pada Tuhan. Semua hal
dalam hidup kita telah Tuhan persiapkan dengan baik. Meski buku ini ditulis
dengan alur mundur, tak membuat kita berpikir dua kali untuk membacanya. Hanya
harus sedikit jeli. Tere Liye mengemasnya dengan baik, hingga kita dibuat
penasaran sampai lembar terakhir buku ini. Bersiaplah kaget dengan
kalimat-kalimat bijak yang mengantarkan kita untuk lebih memahami hidup.
b.
Unsur
Instrinsik Novel ‘Rembulan Tenggelam di Wajahmu’
Dalam novel
ini juga, terdapat beberapa unsur-unsur intrinsik yang ada dalam novel pada umumnya. Adapun
analisis dari unsur-unsur intrinsik tersebut
ialah sebagai berikut;
-
Tema
Menurut Scharbach “Tema” berasal dari bahasa Latin yang berarti ‘tempat meletakkan sesuatu
perangkat’. Disebut demikian karena tema adalah ide yang mendasari suatu
cerita sehingga berperanan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam
memaparkan karya fiksi yang diciptakannya. Lebih lanjut Scharbach
menjelaskan bahwa tema is not synonymous with moral or message… theme does
relate to meaning and purpose, in the sense. Adapun dalam novel tersebut bertemakan kisah cinta
yang membutuhkan pengoebanan dan banyak ujian sebelum dan sesudah membina rumah
tangga.
-
Alur/plot
Pada dasarnya alur/plot itu sering juga disebut jalan cerita.
Namun, terdapat perbedaan antara keduanya. Adapun alur itu hanya merupakan
sebuah jalan cerita, sedangkan plot merupakan penggerak kejadian cerita yang
didalamnya terdapat hubungan sebab akibat, dan dapat menyebabkan kejadian lain[14].
Pada awal cerita dalam novel ini beralur mundur dan pada akhir
cerita berakhir campuran.
a.
Perkenalan
Perkenalan yang secara tidak sengaja terjadi
di salah gerbong kereta ketika Rehan memesan makanan dan fitri mengantarkan
pesanan makanan yang di pesan Rehan ke meja orang lain secara tidak sengaja.
Setelah itu dengan tersipu malu fitri menunjuk ke muka Rehan, semenjak saat itu
Rehan mulai jatuh pada sesosok wanita cantik bernama fitri setiap fitri pergi
selalu diikuti suatu ketika fitri diselamatkan oleh Rehan dari kejaran pencuri
yang ingin mengambil tas setelah kejadian itu mereka berdua menjadi semakin
dekat.
b.
Klimaks
Pertemuan yang secara tidak sengaja di salah
gerbong kereta ketika Rehan duduk di pojok dan Fitri salah mengantar makanan dengan
tersipu malu.
c.
Antiklimaks
Setelah Rehan menikah dengan Fitri dan hamil
berbagai persiapan sudah dilakukan tinggal menghitung bulan usia kehamilan
fitri sudah memasuki bulan ke 7 tetapi kejadian yang kurang menyenangkan
menimpa ketika Fitri menunggu Rehan pulang kerja terjatuh, kejadian itu membuat
mereka kehilangan anak pertamanya dan memutuskan pindah rumah dari daerah
pantai. Mereka memutuskan pindah di daerah perbukitan setelah lama menunggu
Fitri hamil kedua kalinya tetati kejadian itu terulang kembali Fitri kecapekan
dan jatuh lagi, usia kandungan itu memasuki tuju bulan karena kandungan Fitri
lemah kejadian itu berakibat fatal nyawa anak dan istrinya tidak tertolong
lagi.semenjak kejadian itu Rehan tidak mempunyai gairah untuk hidup yg dia ingat
hanya kesedihan di masa lalunya, bulan sudah berlalu ketika mengunjungi makam
istri dan anaknya rehan bertemu Vin gadis yang selalu ceria dan selalu
membersihkan makam istrinya setelah kejadian itu Rehan sedikit bisa melupakan
kesedihan dimasa lalu, rasa kangennya kepada istrinya terobati karena roti
pisang yang selalu dibuatkan Fitri sama rasanya yang dibuatkan oleh Vin.
- Setting
Setting merupakan tempat atau terjadinya cerita. Setting itu
terbagi menjadi tiga;
a.
Setting waktu, adapun setting waktu
yang terjadi dalam novel ini ialah Pagi, siang, sore dan malam.
b.
Setting Tempat; kantor tempat
kerja, panti asuhan, kontrakan,kantor polisi.
c.
Setting Suasana; hening, sepi,
mengkhawatirkan dan menakutkan.
- Penokohan
Menurut Abrams,
tokoh cerita adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau
drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan
tertentu yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan[15].
Rehan memiliki
sifat yang mudah marah,setia kawan,mandiri,konsisten
dan pantang menyerah
a.
Diar memiliki sifat ramah,setia kawan,selalu
mengalah
c.
Plee memiliki sifat tidak pantang
menyerah
d.
Fitri memiliki sifat lembut,ramah
e.
Vin memiliki sifat ramah,selalu
ceria
f.
Koh Cheu sesosok yang ambisius
g.
Natan setia kawan, pantang menyerah
- Amanat
Amanat/pesan moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh
pengarang kepada pembaca. Amanat merupakan makna yang terkandung dalam sebuah
karya yang disampaikan lewat cerita. Amanat/ pesan moral pada umumnya mempunyai
pengertian sebagai ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai
perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti dan sebagainya. Moral dalam
karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang tentang
nilai-nilai kebenaran[16].
Adapun amanat dalam novel ini mengingatkan bahwa hidup itu sederhana.
d.
Analisis Novel
dengan Pendekatan Sosiologi
Dalam analasis novel yang dilakukan oleh penulis dengan
pendekatan sosiologi lebih menitik beratkan terhadap masalah-masalah social
yang terdapat dalam novel ini. Masalah sosial dalam novel Rembulan
Tenggelam di Wajahmu karya Tere Liye dapat mengungkapkan realitas sosial
yang ada di tengah masyarakat. Masalah yang diungkapkan dekat dengan persoalan
keseharian manusia. Masalah sosial yang dialami oleh tokoh merupakan informasi
yang berharga, yang dapat dijadikan pelajaran bagi pembaca untuk mempersiapkan
kehidupannya menjadi lebih baik.
Adapun masalah-masalah sosial yang ada dalam novel Rembulan
Tenggelam di Wajahmu karya Tere Liye ialah sebagai berikut;
-
Kejahatan, terwakilkan
dalam kutipan berikut ;
“Bilah rotan itu tanpa ampun meluncur ke
pantat. Satu kali. Sakit sekali. Apalagi celananya lusuh dan tipis pula. Mana
bisa menahan pecutan pedas di kulit. Muka Rehan memerah menahan rasa nyeri. Dia
tidak akan berteriak, teriakannya berarti kesenangan bagi penjaga Panti. Simbol
kemenangan bagi penjaga Panti. Rehan mencengkram celananya lebih kencang.”
-
Disorganisasi keluarga, Hal ini dapat terlihat
pada kutipan berikut.
“Harusnya kubiarkan anak bangsat sepertimu
tetap dijalanan! Harusnya ku tolak mentah-mentah saat bayi merahmu di antar ke
Panti! Sekarang, kau membalas semua kebaikan dengan perangai bejat.”
Penyebab terjadinya masalah sosial dalam novel Rembulan
Tenggelam di Wajahmu disebabkan oleh faktor kebudayaan dan faktor
psikologis. Faktor kebudayaan meliputi disorganisasi keluaga, kenakalan anak
muda, lingkungan sosial. Sedangkan faktor psikologis adalah alkoholisme.
Masalah sosial dalam novel Rembulan tenggelam di
Wajahmu disebabkan oleh disorganisasi keluarga. Kurang lengkapnya keluarga
yang dimilki oleh Rehan mengakibatkan ia harus tinggal di panti asuhan. Kedua
orang tua Rehan meninggal karena terjadinya peristiwa kebakaran di komplek
perumahan di tempat ia tinggal. Di panti asuhan setiap anak disuruh bekerja
oleh penjaga panti asuhan. Hasil kerja mereka dikumpulkan oleh penjaga panti
asuhan untuk memenuhi ambisinya untuk naik haji.
Lingkungan sosial masyarakat sekitar juga merupakan
faktor peyebab masalah sosial. Masalah lingkungan sosial yang terdapat pada
novel yaitu kurangnya perhatian masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya.
Tidak mau peduli dengan apa yang terjadi di sekelilingnya. Menyibukkan diri
masing-masing dengan urusan mereka sendiri. Ini terbukti saat Natan dipukuli
oleh para preman di jalanan, masyarakat di sekitar tempat kejadian hanya
melihat saja. Mereka tidak mau menyibukkan diri dengan hal yang mereka tidak
anggap penting. Selain itu, pada saat Rehan yang mau berjudi karena melihat
uang yang dibawa Rehan, penjaga ruko hanya diam melihat Rehan masuk. Rehan
mulai belajar judi pada umur dibawah enam belas tahun.
Kenakalan remaja juga menjadi pemicu terjadinya masalah
sosial. Terjadinya perkelahian yang berdarah itu berawal dari perkelahian kecil
yang dilakukan oleh empat pemuda tanggung. Mereka yang menganiaya anak rumah
singgah yang bernama Ilham. Hal ini membuat Rehan marah. Terjadilah perkelahian
kecil antara empat pemuda tanggung itu dengan Rehan, karena tidak menerima
temannya disakiti. Preman melakukan pembalasan terhadap Rehan. Pembalasan demi
pembalasanpun dilakukan oleh preman.
BAB III
PENUTUP
a.
Kesimpulan
-
Sosiologi adalah suatu telaah yang
obyektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat dan tentang social dan
proses sosial itu tumbuh dan berkembang.
-
Pendekatan ini bertolak dari
pandangan bahwa sastra merupakan pencerminan kehidupan suatu masyarakat.
-
Dalam analasis
novel yang dilakukan oleh penulis dengan pendekatan sosiologi lebih menitik
beratkan terhadap masalah-masalah social yang terdapat dalam novel ini. Masalah sosial
dalam novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu karya Tere Liye dapat
mengungkapkan realitas sosial yang ada di tengah masyarakat.
-
Novel ini merupakan karya sastra
sosialis karena didalamnya menguak berbagai permasalahan dan kondisi social
masyarakat Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Hardjana,
Andre. 1994. Kritik Sastra Sebuah
Pengantar. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama
Nurgiyantoro, Burhan. 1995 . Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press
Semi,
Atar. 1989. Kritik Sastra. Bandung : Angkasa
Simamora,
F . Analisis Sosiologi Sastra Cerita Asal Pulau Simamo. Medan : USU
Reposity, Pdf Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia
[2] Andre
Hardjana, Kritik Sastra Sebuah Pengantar, (Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama, 1994), h. xi.
[5] Mawardi, Kritik
Sastra Bagian V, (ppt : slide ke-1). Disampaikan pada perkuliahan semester
V BSA UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
[7] F Simamora,
Analisis Sosiologi Sastra Cerita Asal Pulau Simamo, (Medan : USU Reposity,
Pdf), h. 3.
[11]
F Simamora,
Analisis Sosiologi Sastra Cerita Asal Pulau Simamo, (Medan : USU Reposity,
Pdf), h. 15.
[12]
F Simamora,
Analisis Sosiologi Sastra Cerita Asal Pulau Simamo, (Medan : USU Reposity,
Pdf), h. 15.
[13]
Mawardi, Kritik
Sastra Bagian V, (ppt : slide ke-6-8). Disampaikan pada perkuliahan
semester V BSA UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
[15] Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi,
(Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1995), hal. 165.
[16] Burhan
Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 1995), hal. 320.
Komentar
Posting Komentar