SEBUAH PENGANTAR DALAM MEMAHAMI FILSAFAT ILMU (Resume Buku))
Nama buku : Filsafat Ilmu : Sebagai Dasar Pengembangan
Ilmu Pengetahuan
Pengarang : Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat
UGM
Penerbit : Liberty Yogyakarta
Tahun
terbit : 2010
Tebal
: 189 Halaman
Cetakan
: Kelima
ISBN
: 979-499-196-1
SEBUAH PENGANTAR DALAM MEMAHAMI FILSAFAT ILMU
(Oleh
: Abdul Aziz/1211502001)
Buku Filsafat Ilmu ini
disusun oleh Tim Dosen Filsafat Ilmu, Fakultas Filsafat Universitas Gadjah
Mada. Di dalam buku ini dibahas berbagai hal yang berkaitan dengan Filsafat
Ilmu. Buku ini lahir dilatarbelakangi dengan
adanya mata kuliah Filsafat Ilmu
sebagai mata kuliah wajib seluruh fakultas di lingkungan Universitas Gajah
Mada. Di dalam buku ini terdiri dari beberapa pembahasan, setiap pembahasan
ditulis oleh penulis yang berbeda. Pembahasan-pembahasan tersebut dibagi-bagi
dalam berbagai bab, yaitu:
Bab pertama membahas tentang kelahiran
dan perkembangan ilmu pengetahuan, ditulis oleh Koento Wibisiono Siswonihardjo.
Penulis berpendapat bahwa berfilsafat merupakan manifestasi kegiatan
intelektual yang meletakkan dasar-dasar paradigmatik bagi tradisi dalam
kehidupan masyarakat ilmiah yang diawali orang-orang Yunani Kuno pada abad ke-6
SM.
Selain itu, dibahas juga
mengenai komponen-komponen penyusun ilmu, klasifikasi ilmu pengetahuan yang dikemukakan
oleh beberapa filosof diantaranya sebeagai berikut;
-
Menurut ajaran filsafat Auguste Comte yang
biasa disebut sebagai Bapak Sosiologi, ia meletakkan matematika sebagai
dasar bagi semua cabang ilmu, dan di atas matematika, secara berurutan ia tunjukkan ilmu astronomi,
fisika, kimia, biologi, dan fisika sosial atau sosiologi dalam susunan
hierarkhis atas dasar komplektalitas gejala-gejala yang dihadapi oleh
masing-masing cabang ilmu.
-
Wilhelm
Dilthey mengajukan klasifikasi lain, dan membagi ilmu pengetahuan kedalam
Natuurwissenschaft dan Geisteswissenchaft dengan menjelaskan bahwa yang satu
sebagai science of the woeld. Sedangkan yang lainnya adalah science
of Geist. Yang satu menggunakan metode Erklaeren dan yang lain Verstehen.
-
Juergen Habermas salah seorang tokoh dikalangan
madzhab Frankfrut mengajukan klasifikasi dengan the basic human interest sebagai
dasar, dengan klasifikasi ilmu-ilmu empiris-analitis, sosial kritis dan historis-hermeneutis,
dengan menggunakan metode empirik, intelektual, rasionalistik, dan
hermeneutik.
Selanjutnya, menjelaskan
tentang berbagai alternatif untuk mengantisipasi fenomena perubahan dalam
masyarakat, yang berupa masa transisi
dengan budaya agraris-tradisional menuju masyarakat dengan budaya industri-modern.
Masa transisi budaya etnis-kedaerahan menuju budaya nasional
kebangsaan. Budaya nasional-kebangsaan menuju budaya global-mondial.
Filsafat ilmu sebagai cabang
filsafat menempatkan objek sasarannya yaitu ilmu pengetahuan . Filsafat
ilmu diarahkan pada komponen-konponen yang menjadi tiang penyangga bagi
eksistensi ilmu, yaitu Ontologi ilmu, epistemologi ilmu, dan aksiologi
ilmu. Pertama, Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat
kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak
terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) “ada” itu
(being sein, het zijn). Kedua, epistemologi ilmu, meliputi sumber,
sarana, dan tatacara menggunakan sarana tersebut untuk mencapai pengetahuan. Ketiga,
Aksiologi Ilmu, meliputi nilai-nilai (values) yang bersifat normatif dalam
pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam
kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial,
kawasan simbolik atau pun fisik-material.
Bab kedua, ditulis oleh Ali Mudhofir membahas tentang pengenalan
filsafat yang meliputi arti filsafat sebagai suatu sikap, suatu metode,
kelompok persoalan, sekelompok teori atau sistem pemikiran, dan analisis logis.
Objek material dan formal filsafat pun dibahas dalam bab ini. Objek material
adalah sesuatu hal yang dijadikan sasaranpemikiran, sesuatu hal yang diselidiki
atau dipelajari. Sedangkan objek formalnya adalah cara memandang, cara meninjau
terhadap objek material yang digunakan. Selain itu, dibahas juga hubungan ilmu
dengan filsafat, persoalan filsafat yang mempunyai ciri-ciri: bersifat sangat
umum, tidak menyangkut fakta, bersangkutan dengan nilai-nilai, bersifat kritis,
bersifat sinoptik, dan bersifat implikatif, serta cabang-cabang dan
aliran-aliran filsafat yang lahir karena persoalan-persoalan filsafat.
Bab ketiga ditulis oleh Imam Wahyudi
membahas tentang ruang lingkup dan kedudukan filsafat ilmu. Ruang lingkup
filsafat ilmu tersebut meliputi filsafat ilmu umum, filsafat ilmu khusus,
filsafat ilmu terapan dan filsafat ilmu murni. Adapun kedudukan filsafat ilmu
ini dikaitkan dengan epistemologi, cabang filsafat lain, serta ilmu-ilmu lain.
Bab keempat ditulis oleh Rizal Mustansyir membahas tentang sejarah
perkembangan ilmu mulai dari zaman pra Yunani Kuno beserta karakteristiknya,
zaman Yunani Kuno beserta tokoh-tokohnya, zaman pertengahan, zaman Renaissance
beserta tokoh-tokohnya, zaman modern, serta zaman kontemporer.
Bab kelima ditulis oleh Sri Soeprapto
membahas tentang landasan penelaahan ilmu yang meliputi pandangan-pandangan
para ilmuan dalam mempertimbangkan nilai-nilai hidup, berdasarkan pertimbangan
nilai yang diperhatikannya, maka pandangan para ilmuwan dapat dibedakan menjadi
dua golongan, yaitu;
1. Para ilmuwan yang hanya
menggunakan satu pertimabangan nilai yaitu nilai kebenaran dan dengan
mengesampingkan pertimbangan-pertimbangan nilai-nilai metafisik yang lain,
yaitu nilai etik, kesusilaan, dan kegunaanya akan sampai pada prinsip, bahwa
ilmu pengetahuan harus bebas nilai.
2. Para ilmuwan yang memandang
sangat perlu dimasukannya pertimbangan nilai-nilai etik, kesusilaan dan kegunaan
untuk melengkapi pertimbangan nilai kebenaran, yang akhirnya sampai pada
prinsip bahwa ilmu pengetahuan harus taut nilai.
Jujun
suriasumanti berpendapat bahwa semua pengatahuan baik itu ilmu, seni, atau
pengetahuan apa saja pada dasarnya memiliki
tiga landasan, yaitu;
-
Ontologi membahas tentang apa yang ingin
diketahui atau dengan kata lain merupakan suatu pengkajian mengenai teori
tentang ada. Dasar ontologis ilmu berhubungan dengan materi yang menjadi objek
penelaahan ilmu.
-
Epistemologi
membahas secara mendalam segenap proses yang terlibat dalam usaha untuk
memperoleh pengetahuan. Dengan kata lain, epistemologi adalah suatu teori
pengetahuan. Ilmu meruapakan pengetahuan yang diperoleh melalui proses tertentu
yang dinamakan metode keilmuwan, kegiatan dalam mencari pengetahuan tentang
apapun selama hal itu terbatas pada objek empiris dan pengetahuan tersebut
diperoleh dengan mempergunakan metode keilmuwan, sah disebut keilmuwan. Dan,
-
Aksiologi membahas tentang manfaat yang
diperoleh manusia dari pengetahuan yang didapatkannya.
Bab keenam ditulis oleh Noos Ms Bakry
membahas tentang sarana berpikir ilmiah yang meliputi bahasa ilmiah, logika dan
matematika, serta logika dan statistika. Bahasa ilmiah ialah kalimat berita
yang merupakan suatu pernyataan-pernyataan atau pendapat-pendapat.
Penggolongan bahasa, pada
umumnya dibedakan antara bahasa alami dan bahasa buatan. Bahasa Alami ialah
bahasa sehari-hari yang biasa digunakan untuk menyatakan sesuatu, yang tumbuh
atas dasar pengaruh alam sekelilingnya. Dan bahasa alami dibedakan atas dua
macam, yakni bahasa isyarat dan bahasa biasa (bahasa yang digunakan sehari-hari).
Sedangkan, Bahasa Buatan ialah bahasa yang disusun sedemikian rupa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
akal pikiran untuk maksud tertentu. Bahasa Buatan dibedakan atas dua macam,
yaitu Bahasa Istilahi (rumusannya diambil dari bahasa biasa yang diberi arti
tertentu) dan Bahasa Artifisial (murni bahasa buatan, biasa disebut dengan bahasa
simbolik).
Definisi ialah penjelasan apa
yang dimaksudkan dengan sesuatu istilah, atau dengan kata lain definisi ialah
sebuah pernyataan yang memuat penjelasan tentang arti suatu istilah.
Bab ketujuh ditulis oleh Sri Soeprapto. membahas
tentang pengertian ilmu, ciri ilmu, dan metode ilmiah. Dalam buku ini, ilmu
diartikan sebagai suatu bentuk aktivitas manusia untuk memperoleh suatu
pengetahuan dan pemahaman tentang alam dan sekitarnya. Ciri dari ilmu adalah
ujud aktivitas manusia dan aktivitas tersebut. Adapun metode ilmiah merupakan
prosedur yang mencakup tindakan pikiran, pola kerja, cara teknis, dan langkah
untuk memperoleh atau mengembangkan pengetahuan.
Bab kedelapan ditulis oleh Abbas Hamami M. membahas
tentang arti kebenaran, kata “kebenaran”
dapat digunakan sebagai suatu kata benda yang kongkret maupun abstrak. Jika
subjek hendak menuturkan kebenaran artinya adalah proposisi yang benar.
Proposisi artinya ialah makna yang dikandung dalam suatu pernyataan atau
statement. Kebenaran itu dikaitkan dengan bebrapa objek, yakni kebenaran
berkaitan dengan kualitas pengetahuan, kebenaran yang dikaitkan dengan sifat
atau karakteristik dari bagaiamana cara atau dengan alat apakah seseorang
membangun pengetahuannya itu.
Dalam perkembangan filsafat
perbincangan tentang kebenaran telah dimulai sejak Plato yang kemudian
diteruskan oleh Aristoteles, teori kebenaran harus paralel dengan teori
pengetahuan yang dibangunnya. Teori-teori kebenaran yang telah terlembaga itu
antara lain;
-
Teori Kebenaran Korespondensi
-
Teori Kebenaran Koherensi
-
Teori Kebenaran Pragmatis
-
Teori Kebenaran Sintaksis
-
Teori Kebenaran Semantis
-
Teori Kebenaran Non-deskripsi
-
Teori Kebenaran Logis yang berkelebihan.
Selain itu, penulis
menjelaskan bagaimana sifat kebenaran ilmiah. Seperti yang diketahui Kebenaran
ilmiah muncul dari hasil penelitian ilmiah. Artinya suatu kebenaran tidak
mungkin muncul tanpa adanya prosedur baku yang harus dilaluinya. Prosedur yang
harus dilalui itu adalah tahap-tahap untuk memperoleh pengetahuan ilmiah – yang
pada hakikatnya berupa teori melalui metodologi ilmiah yang telah baku sesuai
dengan sifat dasar ilmu. Kebenaran dalam ilmu adalah kebenaran yang sifatnya
objektif.
Bab kesembilan ditulis oleh Sindung
Tjahyadi membahas tentang hubungan antara ilmu dan teknologi, dari penelusuran
terhadap konsep ilmu dan teknologi dengan berbagai aspek dan nuasnsanya, beberapa titik singgung
antara keduanya, yaitu : (1) baik ilmu maupun teknologi merupakan komponen dari
kebudayan . (2) baik ilmu maupun teknologi memiliki aspek ideansial maupun
faktual, dimensi abstrak maupun konkrit, dan aspek teoritis maupun praktis. (3)
terdapat hubungan dialektis (timbal balik) antara ilmu dan teknologi,, pada
satu sisi ilmu menyediakan bahan pendukung penting bagi kemajuan teknologi
yakni berupa teori-teori, dan di sisi lain penemuan-penemuan teknologis sangat
membantu perluasan cakrawala penelitian ilmiah. (4) sebagai klarifikasi konsep,
istilah ilmu lebih tepat diakaitkan dengan konteks teknologis, sedangkan
sebaliknya digunakan dalam konteks teknis. Hubungan ilmu dan kebudayaan, terdapat
pemahaman yang memisahkan ilmu dan kebudayaan baik secara konseptual maupun
secara faktual tidak dapat diterima lagi. Ilmu merupakan komponen penting dari
kebudayaan, bahkan kecendrungan akhir abad ini semakin memberi tempat bagi
dominasi ilmu dalam menciptakan dunia kemasuk-akalan.
Serta hubungan teknologi dan kebudayaan yang
dapat ditilik dengan dua sudut pandang, yakni dari sudut pandang teknologi,
dari sudut pandang ini terbuka alternatif untuk memandang hubungan antara
teknologi dan kebudayaan dalam paradigma positivis dan dalam paradigma
teknologi tepat. Paradigma teknologi psitivism
yang didasari oleh metafisika materalisitis jelas memiliki kekuatan
dalam menguasai, menguras, dan memuaskan hasrat manusia yang tak terbatas.
Sedangkan paradigma teknologi tepat lebih menuntun kearifan manusia. Dari sudut pandang
kebudayaan, bagaimanapun teknologi dewasa ini merupakan anak kandung kebudayaan
barat.
Bab kesepuluh ditulis oleh Abbas Hamami M.
membahas tentang etika keilmuan yang meliputi etika individual dan etika
sosial. Etika individual membahas kewajiban manusia terhadap diri sendiri dalam
kedudukan manusia sebagai warga negara. Etika sosial membahas tentang kewajiban
manusia sebagai anggota masyarakat. Dalam masalah ini etika individual tidak
dapat dipisahkan dengan etika sosial , karena kewajiban terhadap diri sendiri
dan sebagai anggota masyarakat atau umat manusia saling berkaitan dan tidak
dapat dipisahkan.
Sikap ilmiah yang harus
dimiliki oleh seorang ilmuwan itu antara lain adalah; pertama, tidak
adanya sifat pamrih (disinterstedness) dalam artian menghilangkan
kesenangan pribadi dalam mencapai pengetahuan ilmiah yang obyektif. Kedua, bersikap
selektif, yakni suatu sikap yang tujuannya agar para ilmuwan mampu mengadakan
pemilihan terhadap pelbagai hal yang dihadapi. Ketiga, adanya rasa percaya yang layak baik terhadap
kenyataan maupun terhadap alat-alat indera serta mind. Keempat, adanya
sikap yang berdasar pada suatu kepercayaan dan dengan merasa pasti bahwa setiap
pendapat atau teori yang terdahulu telah mencapai kepastian. Kelima, adanya
suatu kegiatan rutin bahwa seorang ilmuwan harus selalu tidak puas terhadap
penelitian yang telah dilakukan.
Komentar
Posting Komentar