Pengaruh Islam Terhadap Kesusastraan Arab
BAB I
PENDAHULUAN
a.
Latar Belakang
Kajian tentang sastra adalah suatu kajian yang pelik dan rumit, hal ini
selalu diungkapkan oleh orang-orang yang belum mengenal seluk beluk
kesusastraan. Pertanyaan di atas dapat dikatakan benar karena bahasa yang
terangkai dalam hasil karya sastra, kebanyakan bukanlah bahasa lugas
, yang
dapat dimengerti langsung oleh khalayak pembaca atau pendengar sesuai dengan
buah pikiran si pengarang atau penyair.
Sastra Arab erat sekali hubungannya dengan bahasa Arab, karena bahasa
arab ia sebagai jalan satu-satunya untuk memahami sastra arab tersebut.
Al-Qur’an
dan Hadits Nabi sebagai sumber dari agama Islam dan peradaban Islam adalah
seratus persen bernilai sastra yang tidak dapat diresapi kandungan maksudnya
sedalam-dalamnya kecuali dengan pengetahuan cukup tentang sastra Arab.
Islam
datang dengan risalah yang dibawa
Rasulullah, islam sangat membawa pengaruh yang besar kepada bangsa Arab dalam
semua aspek, tak terkecuali aspek kesusastraan. Oleh karena itu, kami team
penyusun akan membahas secara mendetail tentang pengaruh Islam pada
kesusastraan Arab.
b.
Tujuan
Adapun tujuan penyusun memabahas pembahasan ini, ialah sebagai berikut ;
1.
Menguraikan pengaruh Islam terhadap
kesusastraan Arab
2.
Mengetahui perubahan-perubahan karya sastra
Arab dari Sebelum Islam datang hingga Islam datang.
3.
Menambah khazanah pengetahuan terhadap
kesusastraan Arab.
c.
Rumusan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini , terdapat beberapa rumusan masalah yang diperoleh
dar beberapa pertanyaan berikut;
1.
Apa itu kesusastraan Arab?
2.
Apa saja pengaruh Islam terhadap
kesusastraan Arab?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Tentang Kesusastraan Arab
Perlu diketahui, bahwa kesustraan
Arab ialah pengetahuan yang mempelajari bangsa Arab ditinjau dari segi hasil
karya sastranya, baik dari segi prosa maupun puisinya.[1]
Jadi dalam pembahasan ini karya satra arablah yang menjadi kajian objeknya.
Secara garis besar, karya sastra
arab itu terbagi menjadi lima periode. Dalam setiap periode karya sastra Arab
mengalami perubahan, hal ini dipengaruhi oleh kondisi sosial politik pada
setiap masanya, dan hasil karya tersebut merupakan cerminan yang menggambarkan
keadaan bangsanya.
Adapun periodisasi kesusastraan arab
ialah sebagai berikut;
-
Kesusastraan
masa Jahiliyyah
Masa ini dimulai dari satu setengah abad atau dua abad sebelum
Islam sampai munculnya Islam.[2] Pada periode ini merupakan periode pembentukan dsasr-dasar
bahasa arab. Terdapat kegiatan-kegiatan yang dapat membantu perkembangan bahasa
Arab, yakni suq (pasae) Ukaz, Zu al-Majaz, dan Majannah yang
didalamnya terdapat kegiatan festival dan lomba kesusastraan Arab antar suku
yang datang ke Mekkah, dan membentuk kesusastraan yang baku.[3]
-
Kesusastraan
masa Islam
Masanya mulai lahir agama Islam sampai daulat bani Umayyah.
Terjadilah perpindahan orang-orang Arab ke daerah-daerah baru, mereka tinggal
dan menetap di tengah-tengah penduduk asli. Sehingga mulailah terjadi pembauran
yang memperkuat kedudukan bahasa Arab.[4]
-
Kesusastraan
masa Umayyah
Dimulai pada permulaan beridirinya Daulah Umayyah sampai awal
daulah Abasiyyah.[5]
-
Kesusastraan
masa Abbasiyyah
Mulai pada awal berdirinya daulah Abbasiyyah sampai Baghdad runtuh
akibat serangan Mongol.
-
Kesusastraan
masa Turki
Masa ini dimulai dari runtuhnya kota Baghdad sampai timbulnya
kebangkitan bangsa Arab di abad Modern.[6]
-
Kesusastraan
abad Modern
Pada akhir abad XVIII ketika bangsa Arab di bawah pemerintahan
Daulat Usmaniyah keadaannya sangat lemah. Bangsa Eropa datang berekspansi ke Timur Tengah
dengan alasan penyebaran ilmu pengetahuan dan perdagangan.[7]
Timbulnya kesusastraan modern ditandai dengan timbulnya rasa
nasionalisme bangsa Arab di abad/modern sampai sekarang.
Di zaman permulaan islam, keadaan
orang-orang arab sangat terkejut dengan kedatangan islam. Karena pada dasarnya
bangsa arab belum pernah terbayangkan akan lahir suatu agama yang bisa merubah
seluruh tatanan kehidupan mereka baik kehidupan sosial, politik, kesusastraan
dan kepercayaan yang telah diwariskan oleh nenek moyangnya sejak berabad-abad
yang lalu. Apalagi ajaran Islam ini sangat bertolak belakang dengan adat
istiadat arab pada masa itu. Oleh karena itu, tidaklah heran Nabi selalu
mendapatkan tantangan yang besar ketika ia menyampaikan risalah islam.[8]
Adapun karya kesusastraan arab meliputi
puisi, prosa (khutbah, ktabat rasa’il,[9] washiyyat, hikmat, matsal, qishah,
saj’u kuhhan
.
2.
Pengaruh Islam Terhadap Kesusastraan Arab
Islam datang membawa pengaruh yang besar terhadap kemajuan bangsa arab
diberbagai aspek baik agama, ekonomi politik seni dan budaya maupun keadaan
sosial bangsa Arab sendiri. Islam lahir pada awal abad VII Masehi yang
dirisalahkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Pra Islam datang, mayoritas kehidupan bangsa Arab ialah penganut
berhala. Namun, setelah islam datang semangat persaudaraan dan nilai-nilai
ukhuwwah diperkenalkan sengan mengusung persatuan.[10]
Menurut Al Muhdhar dan Arifin, perubahan yang timbul dalam kesusastraan
Arab Jahilyyah sesudah lahirnya agama Islam disimpulkan menjadi tiga hal ;[11]
1)
Penghapusan sebagian corak kesusastraan
Arab Jahiliyyah.
2)
Menciptakan suatu corak baru yang sesuai
dengan Islam
3)
Mengembangkan sebagian corak lama yang
sesuai dengan Islam
Corak baru yang dibawa Islam ialah
timbulnya macam-macam cabang tata peraturan dan undang-undang baik dalam
syari’at Islam maupun di bidang bahasa
sendiri seperti timbulnya Ilmu Balaghah, Ilmu Nahwu, dan Ilmu Arudh, dsb. Sedangkan corak yang dihapus oleh Islam
yaitu puisi-puisi yang berupa mantra yang digunakan oleh dukun.
Namun, ada juga corak yang lama dan
dikembangkan oleh Islam yakni di bidang sya’ir dan khutbah, karena keduanya
sangat berkontribusi dalam membantu perluasan dakwah Islam kepada sekalian
bangsa Arab, karena bangsa arab sangat senang dengan kedua corak ini.[12]
Selain faktor-faktor tiga hal tadi,
masih ada beberapa pengaruh yang dibawa oleh Islam terhadao kesusastraan Arab,
diantaranya ialah sbb;
2.1. Penyair-Penyair Jahiliyyah Memeluk Agama Islam
Ketika Islam datang dengan risalah yang dibawakan oleh Rasulullah
SAW. Banyak penyair-penyair ternama Jahiliyyah yang memeluk agama Islam, karena
keyakinan yang bulat dan bahkan menjadi pembela Rasul yang setia. Di antara
penyair tersebut ialah ;
-
Hasan
bin Tsabit, dia merupakan penyair yang sangat termasyhur pada zaman Rasulullah.
Isi dan gaya sya’irnya berbeda sekali sebelum ia memeluk agama Islam. Datangnya
Islam telah banyak mempengaruhi dan menginspirasi baru ke dalam
sya’ir-sya’irnya.[13] Sehingga, berbeda tema puisi-puisinya antara sebelum ia masuk
Islam dan sesudah ia masuk Islam. Adapun puisi ketika ia belum masuk Islam
ialah madah, fakhr, hija’ dan ghazal , sedangkan tema
puisi setelah masu Islam ialah madah, hija’, ritsa, dan i’tidzar.[14] Adapun contoh
salah satu syairnya ialah :
و أحسن منك لم تركت عيني *
و أجمل منك لم تلد النساء
Yang lebih bagus dari padamu, tiada pernah mataku melihat.
Yang lebih cantik dari padamu tiada pernah dilahirkan wanita.[15]
-
Ka’ab
bin Zuhayr, tema puisi pada masa jahilyyah yaitu fakhr, hija’, dan ghazal
serta wasf. Adapun pada permulaan islam puisinya bertemakan madah,
hija’, ghazal, himat dan nasehat.[16]
-
Hutai’ah,
pada dasarnya tema-tema puisi beliau antara pra islam dan sesudah islam itu
sama, yakni hija’, madah, ghazal, wasf, hanya saja pada Zaman Permulaan
Islam ditambah dengan tema isti’thaf dan i’tidzar.[17]
2.2. Semakin Meluas Perbendaharaan Bahasa Arab
Seperti yang kita ketahui, bahwasnya
bahasa Arab itu adalah alat komunikasi yang dipakai oleh muslim. Sempit dan
luasnya perbendaharaan bahasa itu tergantung
pada luasnya pengalaman si pemakai bahasa tersebut. Jika si pemakai
bahasa itu sangat luas pengalamannya maka bahasanyapun ikut bertambah
perbendaharaan kata-katanya. Dan terbukti pada bahasa Arab, dulu pada masa
Jahiliyyah bahasa Arab sangatlah terbatas pemakainnya hanya pada kehidupan
sehari-hari saja. Nemun, setelah Islam
berkembang maka pemakainnya juga makin
bertambah. Sebab dalam islam terdapat syari’at-syari’at seperti shalat. Puasa,
haji, dan sebagainya yang semuanya itu
bisa menambahluaskan perbendaharaan bahasa Arab.[18]
2.3. Bahasa Arab Bertambah Halus
Jika kita amati keberadan bahasa
Arab pada masa Jahiliyyah, itu sangat berbeda dengan ketika Islam datang.
Bahasa Arab pada masa jahiliyyah itu sangatlah kasar, karena pada dasarnya
watak dan tabiat bangsa Arab itu keras terutama pada masa Jahiliyyah.[19]
Tapi setelah islam lahir, mereka
telah banyak mengambil tata cara penyusunan kalimat dalam kitab suci al-Qur’an
yang telah diakui kehalusan kalimatnya dan ketinggian sastranya. Selain itu
seluruh ajaran yang terdapat dalam kitab suci al-Qur’an itu sendiri sangat agung.
Sehingga mereka banyak yang mengaguminya walaupun mereka itu tidak mau
mengikuti ajarannya.[20]
2.4. Perubahan Tema-tema Karya Sastra Arab
Tema-tema karya sastra pada zaman Islam
megalami perubahan dari zaman sebelumnya, yaitu zaman Jahiliyyah, pada zaman
jahiliyyah para penyair membuat puisi dengan berbagai tema, sperti ; madah,
hija’ fakhr, hamasah , ghazal, i’tidzar, ritsa, dan washf. Dengan datangya
Agama Islam tentu saja tema tersebut berubah dikarenakan situasi mereka juga
berbeda.
Tema-tema Zaman Jahiliyyah ada juga
yang masih dipakai pada zaman Permulaan Islam, seperti;
-
Al-Washf, tapi
deskripsinya tidak lagi menggambarkan tentang minuman keras, judi,
tempat-tempat minum, melainkan segala sesuatu yang termasuk dalam kategori yang
dhiaramkan.
-
Alghazal, tidak
mendeskripsikan hal yang negatif, melainkan dari segi akhlak yang mulia.
-
Al-fakhr, tidak
menggambarkan kebanggan terhadap keturunan.
-
Al-madahu, bukan
pujian-pujian yang berlebihan.
-
Al-hija’, bukan cemoohan
yang jelek dan yang menyebarkan permusuhan dalam masyarakat.
Selain yang diatas ada juga tema yang lebih banyak digunakan pada
permulaan Islam. Yakni tema Ritsa, yaitu
ratapan tehadap para syuhada yang wafat dalam perjuangan menyebarkan agama
Islam. Adapun tema baru yang dimunculkan pada permulaan Islam ialah tema dakwah
Islam. Yang menggambarkan tentang Agama Islam, Nabi, Shahabat, Khalifah,
akhlak, jihad, dll.[21]
Adapun dari segi prosa, pada zaman Jahiliyyah ada 6 jenis prosa,
yaitu Khutbah, Wasiat, Hikmat, dan Matsal, Qishah, dan Saj’u kuhhan. Sedangkan pada masa Islam ini hanya ada 2
yang disebut, yaitu khuthbah dan kitabat rasail.[22]
2.5.Bertambah Tinggi Nilai-nilai Sastranya
Bangsa arab zaman Jahiliyyah sangat mendambakan ketinggian nilai
sastra , sebab mereka mempunyai gairah sangat besar sekali terhadap yang
dihasilkan oleh seorang penyair.merka selalu mengadakn perlombaan syair pada
setiap tahun untuk menentukan syair siapakah yag paling baik nilai sastranya
pada tahun itu.[23] Utnuk mengalahkan keahlian mereka, dan menghindari mereka dari
kesombongan sengaja Allah menurunkan mukjizat-Nya berupa Al-Qur’an sebagai
standar bahasa. Adapun maksud kemukjizatan Al-Qur’an bukan berarti melemahkan
manusia, akan tetapi untuk menjelaskan kepada manusia akan kebenaran kitab
Al-Qur’an dan Rasul yang membawanya adalah Rasul yang benar.[24]
Salah
satu petikan keagungan Al-Qur’an dapat dilihat dalam firman-Nya yang artinya : Katakanlah:
"Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al
Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia,
sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain."[25]
BAB III
PENUTUP
a.
Kesimpulan
-
Kesustraan
Arab ialah pengetahuan yang mempelajari bangsa Arab ditinjau dari segi hasil
karya sastranya, baik dari segi prosa maupun puisinya. Secara garis besar,
karya sastra arab itu terbagi menjadi lima periode, yaitu; zaman Jahiliyyah,
zaman Islam, zaman Umayyah, zaman Abbasiyyah, zaman kerajaan Turki dan zaman
Modern.
-
Perubahan yang timbul dalam kesusastraan
Arab Jahilyyah sesudah lahirnya agama Islam disimpulkan menjadi tiga hal ;
4)
Penghapusan sebagian corak kesusastraan
Arab Jahiliyyah.
5)
Menciptakan suatu corak baru yang sesuai
dengan Islam
6)
Mengembangkan sebagian corak lama yang
sesuai dengan Islam
Namun, secara detailnya ialah ;
1. Banyak penyair-penyair jahiliyyah yang masuk Islam.
2. Perbenaharan bahasa arab semakin meluas.
3. Bahasa Arab semakin Halus
4. Tema-tema karya sastranya berubah
5. Nilai sastranya semakin tinggi.
[1] Yunus Ali Al
Muhdar dan Bey Arifin, Sejarah Kesusastraan Arab, (Surabaya : Bina Ilmu,
1983), hlm. 11.
[2] Males Sutia
Sumarga, Kesusastraan Arab : Asal Mula dan Perkembangannya, (Jakarta :
Zikrul Hakim, 2000), hlm. 5.
[4] Ibid.
[5] Males Sutia
Sumarga, Lok. Cit.
[12] Ibid.
[13] Khairawati, Op.
Cit., hlm. 5.
[14] Males Sutia
Sumarga, Op. Cit., hlm. 49.
[15] Khaawati. Lok.
Cit.
[16] Males Sutia
Sumarga, Lok. Cit.
[17] Ibid.
[19] Khairawati, Op.
Cit., hlm. 8.
[21] Males Sutia
Sumarga, Op. Cit., hlm. 50.
[22] Ibid., hlm.
51.
[24] Khairawati, Op.
Cit., hlm. 9.
[25] Q.S. Al-Isra’ ayat 88.
Komentar
Posting Komentar